Selasa, 14 Juli 2009

LOMBA DESAIN PRODUKSI ACARA TELEVISI & LOMBA PENULISAN SKENARIO FTV 2009 TVRI

PENDAHULUAN
Sesuai dengan surat keputusan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, LPP TVRI Nomor : 102/KPTS/DIREKSI/TVRI/2009 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana HUT ke 64 Proklamasi Kemerdekaan RI dan HUT Ke 47 TVRI tahun 2009, diselenggarakan Lomba :
Desain produksi acara televisidan
Penulisan skenario Film TV

Kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Televisi Republik Indonesia ke 47 dimaksudkan untuk meningkatkan semangat kerja dan kebersamaan, sekaligus meningkatkan kualitas program siaran sesuai dengan arah dan tujuan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002.

Dalam penyelenggaraan tahun ini diberikan kesempatan kepada karyawan TVRI dan publik, untuk berpartisipasi mengikutsertakan karyanya dalam Lomba desain produksi acara televisi dan Penulisan skenario film TV dengan kategori :
A.Lomba desain produksi :
(1) Desain produksi Dokumenter berdurasi 30 menit
(2) Desain produksi Variety Show berdurasi 90 menit
(3) Desain produksi Talks Show berdurasi 60 menit.
B. Lomba penulisan skenario film TV
(4) Skenario siap untuk diproduksi menjadi Film TV berdurasi
30 -60 menit.

MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk meningkatkan kualitas program acara yang sesuai dengan Visi dan Misi TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.
Meningkatkan apresiasi publik terhadap hasil karya sastra dengan mengangkat hasil karya/cerpen sastrawan kondang Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia ke dalam bentuk Film TV.
Untuk mendapatkan pilihan desain produksi acara yang dapat diproduksi dan menjadi alternatif program dalam Pola Acara TVRI 2010.
Untuk mendorong kreativitas dan semangat kerja karyawan TVRI dalam menciptakan/membuat desain produksi acara televisi dan menulis skenario film TV.
Memberikan kesempatan bagi pemerhati TVRI agar berpartisipasi menyumbangkan ide, kreasi dan hasil karyanya untuk mengubah tampilan layar TVRI sekaligus pencitraan tayangan acara TVRI.
Untuk mengukur perhatian dan penilaian publik terhadap siaran TVRI melalui keikutsertaan dalam lomba.

KRITERIA/PERSYARATAN LOMBA
Lomba desain produksi acara televisi
1.Panduan program
(Judul, waktu siar, sasaran penonton, tujuan,
kriteria program, dan jenis produksi )
2. ID program/Tune ( Dalam bentuk storyboard )
3. Desain produksi
( Element/content program, durasi per-segmen )
4. Untuk DOKUMENTER dilengkapi sinopsis, treatment.
4. Kriteria presenter dan pengisi acara
5. Stage design decoration, stage lighting
( floor plan )
6. Biaya produksi ( Estimasi )

KRITERIA/PERSYARATAN LOMBA
Lomba penulisan skenario film TV
CERITA SKENARIO diangkat dari satu atau lebih dari satu CERPEN dari buku kumpulan cerpen berbahasa Indonesia karya sastrawan Indonesia. Tuliskan judul cerpen atau cerpen-cerpen yang dijadikan sumber skenario, nama cerpenisnya, judul buku kumpulannya, tahun terbit dan penerbitnya.
NASKAH SKENARIO ditulis lengkap sesuai format standar, l.k. 25 s/d 28 halaman, sehingga naskah tersebut siap untuk diproduksi menjadi Film TV.
Tuliskan TAFSIR/ANALISA singkat berkaitan dengan elemen ceritera: tokoh2 cerita, jalannya cerita, serta lokasi, dan kejadian terpenting dalam cerita.
Tuliskan penjelasan singkat mengapa cerita sekenario tersebut penting difilmkan untuk publik .


KRITERIA UMUM
1.Tidak menimbulkan konflik SARA
2.Tidak mengandung unsur kekerasan, pornografi dan pornoaksi.
3.Mendidik dan bermanfaat bagi publik

KRITERIA PENILAIAN
1. Tema /Judul
2. Ide orisinal (DOKUMENTER : sinopsis, treatment )
3. Sasaran penyampaian
4. Kemanfaatan bagi publik
5. Tata Artistik
6. Kelayakan presenter, pengisi acara.

PERSYARATAN PESERTA LOMBA
Setiap materi lomba yang dikirim harus lengkap, sesuai kriteria/persyaratan lomba.
Materi lomba dapat dikirimkan melalui jasa pengiriman atau diantar sendiri ke alamat :
Kreativitas & Pemandu Bakat
Direktorat Program & Berita , Kantor Pusat LPP TVRI
Jl.Gerbang Pemuda, Senayan –Jakarta
( Informasi selengkapnya dapat menghubungi Tlp.021.5732408/08161919719 Yuyun Purnomo)
Materi lomba tidak pernah dibuat/diproduksi oleh pihak manapun.

Seluruh materi yang diikutkan dalam lomba, baik yang terpilih menjadi pemenang ataupun yang tidak terpilih, menjadi hak milik TVRI untuk diproduksi dan ditayangkan oleh TVRI dan atau hasil produksinya diikutkan dalam pertukaran acara TV dengan pihak luar negeri serta dapat diikut sertakan dalam Festival Internasional.
Materi lomba paling lambat diterima panitia Tanggal 25 Juli 2009

HADIAH PEMENANG
A. Lomba Desain produksi Dokumenter, Variety Showdan Talks Show
Masing-masing ;
-Juara Pertama ( Uang Tunai Rp.7.500.000;+ Piala + Piagam )
-Juara Kedua ( Uang Tunai Rp.5000.000;+Piala+Piagam )
-Juara Ketiga ( Uang Tunai Rp.2.500.000;+Piala+Piagam )
B. Lomba penulisan skenario film TV
-Lima skenario terbaik dari lima orang penulis skenario akan dinyatakan sebagai Pemenang.
-Masing-masing pemenang mendapat hadiah @ Rp.5.000.000; + Piala+Piagam.
-Hak memproduksi lima skenario pemenang lomba, menjadi Film TV adalah sepenuhnya milik TVRI.

TIM PENILAI
Juri Internal :
1. Harmens Tahir
2. Purnama Suwardi
3. Agus Wijoyono
4. Cosmalinda
Juri Independen :
1. Ikranagara
2. Gerzon Ayawaila
3. Retno Intani
4. Anis Ilahi

Info lebih lengkap silakan klik di sini

Minggu, 28 Juni 2009

KIDSFEST INDONESIA 2009

Welcome

Kamu pasti senang nonton film... pada tanggal 17 sampai 26 Juli akan diselenggarakan Festival Film anak-anak International di Jakarta yang bernama KidsFfest.

Lihat trailer KidsFfest di sini!!!

Hello KidsFfest? KidsFfest itu apa ya?
Festival film terbaru untuk anak-anak semua usia. Film-filmnya ada yang dari Jerman, Belanda, Italia, Perancis, Swedia, Malaysia, China dan banyak lagi.

Film apa saja yang bisa kita tonton?
Ada banyak macam film, ada animasi, petualangan, komedi, dokumenter bahkan film dengan iringan musik rap yang keren, juga ada film terbaru dari Indonesia.

Gimana kita bisa ngerti film luar negeri? Kan tidak dalam bahasa Indonesia?
Hmm... pertanyaan yang bagus, kita punya solusinya. Semua film diterjemahkan ke bahasa Indonesia juga bahasa Inggris.
Kapan dan dimana ya acaranya?
Dari 17 sampai 26 Juli di bioskop Blitz Grand Indonesia dan 21 Pondok Indah. Selain itu ada juga pemutaran film di ruang terbuka, serta kompetisi film pendek karya anak-anak.

Kompetisi film pendek?
Ya! Untuk kamu yang berusia 10-15 tahun bisa mengikuti kompetisi ini. Klik Competition untuk informasinya.

Bolehkan aku tanya lagi?
Tentu saja. Klik Guestbook!

Sampai jumpa di KidsFfest pada bulan Juli!

Lebih lanjut, silakan klik ini

Selasa, 23 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (4)

Hari penutupan Goelali Children’s Film Festival ’09, Sabtu 20 Juni 2009, yang lebih sepi dibandingkan pada hari pembukaan. Seorang panitia bahkan bisa mengingat saya sebagai salah seorang peserta Scriptwriting Workshop sehari sebelumnya, karena sepinya pengunjung festiaval yang menarik ini.

THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME (TOKI O KAKERU SHOJO)
Saya datang agak terlambat untuk mengikuti pemutaran film THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME, film animasi 2D Jepang karya Mamoru Hosoda. Film sudah tayang beberapa menit saat saya tiba di Aula Besar Gedung Museum Bank Mandiri di Kota.

Meski terlambat, saya tetap menikmati film animasi fantasi ini. Ceritanya mengenai Makoto Konno, gadis urakan dan cuek yang bersahabat dengan Chiaki dan seorang cowok yang saya lupa namanya. Suatu hari, setelah selamat dari sebuah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, Makoto menemukan bahwa ia memiliki kekuatan melompati ruang waktu. Untuk gadis yang suka bermain-main sepertinya, kemampuan itu mendatangkan keuntungan. Makoto menggunakan kemampuannya untuk bersenang-senang di karaoke dan ‘kabur’ saat Chiaki menyatakan perasaan cintanya.

Keadaan mulai kacau saat Makoto menemukan bahwa sahabat-sahabatnya justru menjadi korban dari ulahnya yang seenaknya melompati ruang waktu. Makoto menyesal sekali karena saat kemampuannya melompati waktu telah habis, ia menemukan bahwa dua sahabatnya justru mengalami kecelakaan fatal dan Chiaki harus pergi meninggalkannya. Padahal, Makoto harus menyatakan perasaannya bahwa ia pun sebenarnya suka pada Chiaki….

Saya memberi nilai 4 untuk film ini. Cukup lucu, menegangkan dan membuat penasaran.

FILMMAKING WORKSHOP
Usai menonton, saya dan Anita, teman baru yang saya temui pada hari pembukaan festival, langsung berpindah ke tempat dilaksanakannya Filmmaking Workshop dengan IKJ. Sebenarnya, bukan hanya IKJ yang terlibat, melainkan juga beberapa pihak lain seperti Elang Perkasa Film dan lain-lain.

Sesi pertama workshop gratisan ini dimulai dengan menyaksikan film Viva Indonesia! Produksi SET Film. Lalu, setelah itu, Mas Sugeng, seorang Asisten Sutradara berpengalaman, menguraikan secara singkat apa dan bagaimana film itu.

Tanpa banyak bicara lagi, setelah break setengah jam untuk makan siang dan shalat, kami, peserta workshop, langsung praktek membuat sebuah film pendek berdurasi satu menitan. Peserta dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan membuat satu film pendek mulai dari konsep hingga proses pengambilan gambar.

Waduh, ternyata cukup rumit ya, membuat film itu? Dibimbing Tri Wahyu Jatmiko atau Koko, fotografer, kami yang terdiri dari Anita, Harum (peserta Scriptwriting Workshop di Instituto Italiano di Cultura juga) dan saya, mulai membuat film iklan majalah Time Out Jakarta tanpa persetujuan pihak majalah bersangkutan. Yah, namanya juga buat latihan, bukan untuk dijadikan iklan sebenarnya.

Proses pengambilan gambar berlangsung lebih dari satu jam. Pada awalnya, Mas Koko menyarankan agar kami sendiri yang memegang kamera. Tapi karena semuanya masih belum berpengalaman, akhirnya sang mentor-lah yang memegang kamera. Biar lebih cepat selesai. ^_^

Proses yang memakan waktu lama tersebut membuat saya dan Anita tak bisa menonton Morrison, film penutup Goelali Children’s Film Festival. Padahal, voucher film sudah ada di tangan.
Tapi, sudahlah. Mengikuti workshop ini lebih berharga bagi saya daripada menonton. Lebih banyak ilmu yang saya dapatkan.

Setelah proses pengambilan gambar usai, kami segera kembali ke tempat semula. Di sana, kelompok lain ternyata sudah lebih dahulu selesai. Gambar-gambar yang kami ambil lalu disunting oleh Mas Bayu.

Namun karena keterbatasan waktu, proses akhir tersebut tak dapat diselesaikan saat itu juga. Mas Sugeng dan Mas Bayu mengatakan akan mengunduh film tersebut di fb atau youtube, jika sudah selesai diedit.

Menjelang Maghrib, saya dan Anita meninggalkan Gedung Museum Bank Mandiri yang sudah sepi. Pulang dengan membawa pengalaman baru yang menyenangkan dan berkesan.

Terima kasih untuk penyelenggara Goelali Children’s Film Festival ’09 dan pihak-pihak yang ikut mendukung penyelenggaraan festival film anak pertama di Indonesia ini. Terima kasih karena sudah menambah pengalaman dan membuat hari-hari saya berkesan selama mengikuti festival ini. Semoga, tahun depan, Goelali Film Festival kembali diselenggarakan. Semoga bertemu kembali!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (3)

Setelah cukup lama mencari-cari, akhirnya saya temukan juga Gedung Instituto Italiano di Cultura. Saya tiba pukul 11.15 pada hari Jumat, 19 Juni 2009 dengan acara pertama (bagi saya) adalah menonton LITTLE BIG SHOTS PACKAGE #3. Saya memberi nilai 4 untuk karya-karya impor ini. Sebab, dari sembilan film pendek, ada enam judul film yang saya sukai. Berikut uraian saya tentang kesembilan film pendek tersebut.


BRUNO

Karya Jurgen Haas dari Jerman dan tanpa dialog. Saya suka film ini karena menunjukkan bahwa perselisihan dapat diselesaikan dengan cara sederhana : bermain bersama. Mengisahkan sekor lalat yang pada awalnya dianggap mengganggu oleh seekor laba-laba. Namun setelah bermain musik bersama, merekapun berteman.


KEMO SABE

Ada isu rasialisme dalam film ini. Karya Rana Kazkaz dari Amerika Serikat ini mengisahkan Yussef—keturunan Arab—yang ingin sekali bergabung menjadi koboi bersama sekelompok anak kulit putih. Meskipun Raul, anak Hispanik, menawarinya bermain menjadi Indian bersama anak-anak non-kulit putih lainnya, Yussef tetap ingin menjadi koboi. Setelah mendapatkan jins dan gesper, Yussef—atas ‘bantuan’ Raul—akhirnya dapat bergabung dengan grup koboi yang selalu memenangi pertempuran. Namun, pada akhirnya, Yussef justru merasa kurang nyaman setelah dapat mewujudkan mimpinya menjadi koboi…. Oke, saya suka film ini. Tidak ada kata lain.


CRACKS

Film karya Micah Baskir dari Amerika Serikat ini membosankan bagi saya. Ceritanya tentang seorang gadis yang berangkat ke sekolah dengan menginjak bagian-bagian jalan yang retak. Kalau seseorang memahami dan percaya takhayul orang bule bahwa menginjak jalan retak dapat membawa sial, maka barangkali, dia dapat menikmati film ini sebagai ‘tantangan’. Namun karena saya tidak percaya takhayul seperti itu, saya jadi tidak bisa menikmati film ini….


THE RED BALLOON

Lagi-lagi dari Amerika Serikat dan lagi-lagi tidak saya sukai. Karya sutradara Michael Olesen yang bagi saya kurang menarik. Ceritanya sih cukup mengharukan. Tentang seorang anak yang membeli balon merah dengan harga diskon. Pada balon tersebut, digantungkan kertas bertuliskan ucapan selamat ulang tahun untuk ibu sang anak. Setelah balon dilepaskan, film pun berakhir. Ah, hanya itu? Tidak ada penjelasan lain?


WHO SAVED THE MOON

Film anak-anak sejati dan tidak bertele-tele, karya Luke Feldman dari Australia. Tentang seorang anak yang berusaha menyelamatkan bulan yang jatuh ke dalam sumur. Intinya, saya suka film ini.


CHINESE WHISPER

Orang Jerman ternyata jago bikin film. Karya Oliver Rauch ini mengisahkan permainan membisikkan kalimat singkat secara berantai yang disebut Chinese Whisper. Ceritanya, Mariam membisikkan “Paul tidak pernah mandi” pada teman di sebelahnya. Sang teman lalu membisikkan kalimat serupa pada teman di sebelahnya. Begitu seterusnya hingga seisi kelas menertawai Paul. Namun pada saat terakhir, seorang teman yang tidak setuju pada ulah Mariam, mengganti dengan kalimat lain dan membisikkannya pada Paul sebagai peserta terakhir. Paul pun tersenyum dan mengucapkan keras-keras kalimat yang ia dengar hingga keadaan berbalik : justru Mariam yang dibuat malu. Film yang lucu, sederhana dan saya sukai. Apa lagi yang harus saya katakan?


CANARY BEAT

Kalau tida punya teman, kita masih bisa bermain sendiri. Begitulah pesan film ini yang dihiasi musik menghentak ini. Karya Jurgen Haas (Jerman) ini mengisahkan seekor burung kenari yang berduet dengan bayangannya sendiri. Saya suka film ini.


A HORSE TALE

Animasi yang kaku dan cerita yang maunya melucu tapi kurang lucu membuat saya bosan dan tidak menyukai film ini. Disutradarai oleh Rick Hazell dari Sekolah Film Vancouver, Kanada. Tentang seekor kuda yang tidak mau bergerak sekalipun seorang penunggang kuda sudah berusaha keras membuatnya agar mau bergerak. Bosan….


MY GREATEST DAY EVER

Film Australia karya Mark Bellamy yang kocak dan tentunya saya sukai. Tentang ayah dan anak yang percaya takhayul dan kehilangan kaus kaki keberuntungannya justru pada saat final turnamen sepak bola yang penting. Scotty, sang anak yang menjadi tidak percaya diri, lalu berusaha agar ia tak perlu main. Namun sialnya, ia malah ditunjuk menjadi kipper, posisi yang belum pernah ia pegang sebelumnya. Keadaan menjadi genting. Saat ayah Scotty berhasil menemukan kaus kaki keberuntungan Scotty, kaus kaki itu ternyata tak mampu membalikkan situasi….


SCRIPTWRITING WORKSHOP

Begitu film—yang dirangkai dengan Little Big Shots Package #4—usai, dengan perut agak keroncongan, saya naik ke lantai dua untuk mengikuti Scriptwriting Workshop dengan Serunya Scriptwriting yang dimulai pada pukul 13.00. Barangkali karena lapar, saya jadi kurang konsentrasi. Namun, saya paksakan diri mengikuti pelatihan gratis ini.


Oleh seorang pengajar yang saya lupa namanya (maafkan saya, sensei ^_^), kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan mulai merancang sebuah sinopsis sebuah skenario film anak-anak. Sesuai dengan tema The Magic of Film, kami pun diminta menulis sinopsis film fantasi anak berdasarkan setting dan karakter utama yang telah kami tentukan.


Setelah jadi, sinopsis tersebut dinilai dan ternyata… kelompok kami dinyatakan sebagai kelompok dengan sinopsis terbaik! Kamipun diberi hadiah berupa masing-masing sebuah wafer buatan Malaysia yang entah bagaimana rasanya. Wafer itu tidak pernah saya makan, tapi saya berikan pada tante saya setibanya saya di rumah.


Seperti apa sinopsisnya? Hehehe, saya agak malu menceritakannya di sini. Namanya juga film fantasi, jadi pastilah serba ajaib. Dan itulah yang membuat saya tidak percaya diri menguraikannya di sini. Hahaha!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (2)

Sebenarnya, hari itu saya agak malas keluar rumah. Namun karena di rumah juga membosankan, siang itu, Rabu, 17 Juni 2009, saya putuskan saja untuk datang ke CCF Salemba. Sebab, di gedung Pusat Kebudayaan Prancis tersebut, sedang diadakan Goelali Children’s Film Festival ’09.


Tiba di sana, karena pemutaran film kali itu adalah Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya langsung mengambil voucher film. Sempat ditawari pula untuk membeli pin festival seharga Rp 6000,- per buah dan saya membeli satu buah saja ^_^


Meski sebelumnya saya sudah pernah menyaksikan Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya masuk saja. Sebab, pemutaran film berikutnya, Little Big Shots Package #4, baru akan dimulai pukul 17.00. Daripada bengong, saya nonton saja apa yang sudah pernah saya tonton. Toh gratis, saya tidak rugi sama sekali, ‘kan? Lagipula, saya menjadi satu dari sedikit orang yang hadir di sana untuk menyaksikan film. Mini teater setempat hanya terisi setengah dari kapasitasnya. Sebagian adalah anak-anak yang cukup berisik dan mengganggu. Barangkali, film pendek memang kurang menarik bagi mereka….


Usai pemutaran Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, hanya berselang beberapa menit, film berikutnya dimulai. Untuk rangkaian film pendek ini, saya memberi nilai 3 dari skala 1 sampai 5. Sebab, dari delapan film pendek yang ditayangkan beruntun, hanya empat yang saya sukai. Saya kira, nilai 3 cukup-lah. Bagaimana pun, Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, masih lebih saya sukai (saya memberi nilai 4) karena lebih banyak judul film yang menarik bagi saya pribadi.


Namun, kalau mau jujur, sebagai referensi untuk belajar tentang film, saya lebih memilih Little Big Shots Package #4 daripada Film Pendek Indonesia-Kawan Setia. Sebab, dari film-film luar tersebut, saya belajar bahwa untuk menyampaikan sesuatu, kita tidak perlu bertele-tele dan membuang-buang frame dan durasi film. Cukup disampaikan dengan lugas, penonton akan langsung memahami. Berbeda dengan sebagian film Indonesia yang cenderung berlama-lama dan mengulangi apa yang sudah pernah disampaikan dalam adegan sebelumnya….


Meski demikian, karena saya cinta Indonesia, maafkanlah saya jika sedikit subyektif dengan memberi nilai lebih tinggi untuk karya-karya bangsa kita. Nah, inilah uraian saya mengenai Little Big Shots Package #4.


OLI’S CHANCE

Film pembuka ini adalah salah satu dari empat film yang saya sukai. Film animasi 3D yang bercerita tentang seorang anak nakal bernama Oli yang suka bermain di rel kereta api. Sampai suatu saat, Oli bertemu dengan tiga orang anak yang pernah menjadi korban kecelakaan di rel kereta api. Pertemuan ini membuat Oli sadar akan bahaya bermain di rel kereta api. Oli bersyukur, nasibnya tidak seperti ketiga anak tersebut. Film berbahasa Jerman karya Saschka Unseld dan Johanes Weiland ini bagus sekali untuk kampanye mengurangi kecelakaan di jalur kereta api. Tidak hanya anak-anak, orang tua—termasuk mereka yang suka naik ke atap gerbong penumpang—wajib menontonnya!


BREAD

Karya Paola Morabito yang mungkin agak membingungkan bagi anak-anak. Minim dialog dan membutuhkan kejelian sendiri untuk menangkap pesan atau inti dari film ini. Film Australia ini mengisahkan gadis kecil yang harus bekerja di toko roti milik keluarganya. Akibatnya, ia tak bisa mengikuti (atau menyaksikan?) pertandingan sepak bola di sekolahnya. Padahal, sekolahnya berhasil merebut piala kemenangan. Maka, si gadis hanya bisa menendang-nendang roti, seolah sedang bermain sepak bola di toko roti milik keluarganya. Bagus sih…. Tapi menurut saya bagian pembukanya terlalu panjang. Piala kemenangan sekolah, yang membuat si gadis kecil merasa sedih, justru hanya ditampilkan sekilas. Padahal, bukankah piala itulah yang memicu konflik batin dalam diri sang gadis cilik? Akhir kata, saya tidak suka film ini….


NO BIKINI

Film Kanada karya Claudia Morgado Escanilla. Ini juga film kesukaan saya. Bercerita tentang Robin, gadis 7 tahun yang kurang suka dengan bikini yang dibelikan oleh ibunya. Akibatnya, saat sedang mengikuti kelas renang selama enam minggu, Robin memutuskan untuk mengenakan celana pendek saja. Maka, ia pun ‘berubah’ menjadi anak laki-laki. Tak disangka, semua orang percaya bahwa ia adalah anak laki-laki, termasuk guru renangnya sendiri. Robin pun menikmati masa-masa menjadi anak lelaki yang sangat menyenangkan, meskipun tidak mungkin berlangsung selamanya. Hah…. ‘transformasi seksual’ yang indah….


EARLYBIRD

Idenya sih bagus, kampanye naik sepeda agar dapat sampai di tujuan lebih cepat daripada naik mobil. Namun karya sutradara Trace Bolla dari Australia ini agak membosankan saya. Sebab, selama mengikuti film, saya jadi merasa bahwa pembuat filmnya sendiri yang mematahkan kesimpulan bahwa naik sepeda lebih cepat daripada naik mobil. Entah ini perasaan saya yang kurang peka atau pembuatnya yang terlalu senang ‘bermain-main’ dengan animasi 2D, namun saya jadi merasa bahwa perjalanan sang koki—tokoh utama film—menuju tempat kerjanya dibuat menjadi panjang, lama dan pada akhirnya, membosankan….


ANATOMMY

Katanya, Logan Cascia, sutradara film ini baru berusia 18 tahun. Kalau benar demikian, saya salut karena mampu membuat film dokumenter yang bagus dan inspiratif. Film ini mengisahkan Tommy Carroll yang buta karena kanker retina, namun merasa bahwa keadaannya yang cacat justru membuatnya lebih baik. Tommy mengaku, dia tidak bisa membayangkan, apakah ia dapat melakukan segala macam kegiatan seperti lari, main skateboard, main drum dan lain-lain sebaik saat ini (dalam keadaan buta), jika saja ia dapat melihat. Hebat!


HERZOG AND THE MONSTERS

Film Skotlandia yang membuat kepala pusing. Meskipun pemenang penghargaan, saya tidak suka karena kesulitan membaca kata-kata dan huruf-huruf yang ‘berserakan’ di layar. Kisahnya sendiri tentang Herzog yang membuat cerita dari huruf-huruf yang ia curi dari buku-buku milik neneknya. Neneknya marah da mengurung Herzog hingga Herzog tersesat di sebuah hutan yang dipenuhi dengan monster-monster yang tercipta dari rangkaian huruf. Membingungkan bagi saya….


GLOSOLL-SIGUR ROS

Film Islandia karya Stefan Arni dan Siggi Kinski. Yang saya sukai dari film ini hanyalah para pemainnya yang lucu-lucu dan pemandangan alam yang cukup indah. Selain dari itu, tidak ada. Ceritanya sendiri mengenai penabuh drum cilik yang membawa sejumlah anak untuk ‘terbang’ bebas, melayang penuh sukacita. Tanpa dialog dan membuat saya bosan.


SNAKEBITE

Film terbaik biasanya ditempatkan paling akhir. Seperti itulah Snakebite, film Skotlandia karya Matt Pinder. Kisahnya mengenai dua anak gendut-lucu yang bersahabat, Sammy dan David. Saat sedang bermain di sungai, Sammy digigit oleh seekor binatang. David yakin, binatang itu adalah ular dan merasa bahwa Sammy sebentar lagi akan mati. Dua sahabat itu menjadi sedih. Sammy lalu membayangkan, apa yang terjadi saat ia mati nanti. Ia membayangkan keluarganya berduka pada saat penguburannya dan bagaimana kawan-kawannya mengenangnya sebagai anak yang baik dan istimewa. Sammy semakin berduka saat pulang ke rumah hingga orang tuanya pun menggunakan sedikit muslihat untuk mengatasi kesedihan hati Sammy. Film yang sederhana dan sangat cocok untuk anak-anak. Dan yang pasti, sepanjang film, saya tak henti menahan tawa geli melihat tingkah Sammy yang polos dan menggemaskan.


Usai menonton, saya segera pulang. Gedung CCF semakin sepi saja….