Senin, 21 April 2008

FOOL THINGS I'VE DONE

Dale Carnegie dalam salah satu bukunya mengaku bahwa beliau memiliki arsip Fool Things I’ve Done (FTD), Hal-hal Tolol yang Telah Saya Lakukan. Ternyata, orang sebesar dirinya saja masih suka melakukan kesalahan, bagaimana dengan kebanyakan orang yang tergolong orang ‘kecil’ ya?

Memang sih, orang besar adalah orang yang mengakui kesalahan-kesalahannya. Lantas bagaimana dengan saya sendiri? Hehehe, berani taruhan, kalau kesalahan saya diarsipkan, pasti tidak akan lebih sedikit daripada arsip FTD-nya Carnegie almarhum. Yah, saya coba saja sekalipun memalukan...
  1. Cemburu. Jujur nih, saya orangnya gampang cemburu pada... rezeki orang lain. Saya merasa rendah diri bila berdekatan atau bertemu dengan orang-orang yang ‘sukses’. Sukses dalam karir, keuangan, perjodohan (ehm!) dan lain-lain. Apalagi kalau melihat orang yang sukses itu sepertinya meraihnya dengan mudah dan cepat. Belum lagi kalau melihat orang bersangkutan kelihatannya hidupnya lancar-lancar saja. Tahu sih, setiap orang pasti berjuang, hanya saya suka sebal melihat mereka yang rezekinya lancaaar kayak banjir yang menggenangi Jakarta. Uuugh, saya jadi bertanya-tanya, inikah keadilan? Sementara saya harus jatuh bangun, baik dalam arti kiasan mau pun harafiah, tapi sampai sekarang tanda-tanda bakal mendapatkan ‘sukses’ tidak bisa diintip meskipun hanya selubang jarum.
    Nah... di sinilah tololnya saya. Seperti kata ustadz, (saya sering ngantuk mendengar ceramahnya, padahal apa yang beliau katakan hampir selalu benar), rezeki sudah ada yang mengatur. Kalau cemburu pada rezeki orang lain, berarti marah-marah pada Tuhan. Kalau sudah begitu, dosa. Dan seperti yang juga disadari bahkan oleh nenek-nenek pikun sekalipun, kalau urusannya sudah soal dosa, ujung-ujungnya bisa neraka, tuh.
    Waduh, sudah menderita di dunia, mati pun masuk neraka. Nanti dulu, ya! Saya maunya senang dunia akhirat. Kalau sudah ingat neraka, jadi menyesaaal sudah marah-marah pada Tuhan. Tidak apa-apa ‘kan, kalau menyesalnya karena takut masuk neraka? Yang penting ‘kan takut berbuat dosa karena takut masuk neraka dulu, nanti pada akhirnya motifnya akan berubah menjadi karena takut pada Tuhan (semoga).
    Daripada cemburu karena rezeki saya tidak ‘sebasah’ orang lain, mendingan energinya disalurkan untuk bekerja dan untuk pergi jauh-jauh dari orang yang bikin sirik itu. Ngomong sih gampang, tapi prakteknya susah sekali. Sampai sekarang saya juga masih berusaha membuang sifat cemburuan itu (makanya nama tulisan ini Fool Things I’ve Done, bukan Fool Things I Did). Bukan hanya karena takut masuk neraka, melainkan juga karena takut sampai mati tidak akan pernah dapat rezeki yang besar.
  2. Menulis yang aneh-aneh. Iya nih, waktu kuliah dulu saya sempat jadi penulis lepas. Cuma koran lokal sih, tapi lumayanlah karena tulisan-tulisan saya sering dimuat. Masalahnya, karena terlalu bersemangat, tidak jarang saya melakukan kesalahan.
    Taruhan (yah, taruhan lagi, tidak takut dosa, apa?), belum ada sejarahnya seorang penulis meresensi...sebuah buku skenario film! Kalau ingat itu, saya jadi malu sendiri. Dengan tolol saya meresensi skenario film seperti meresensi buku biasa. Hasilnya, tulisan saya itu tidak dimuat sama sekali! Iyalah, kalau sampai dimuat, redaktur dan editornya pasti malu berat!
    Terus, ada yang bikin saya malah merasa malu dan agak bersalah. Dalam salah satu artikel yang saya tulis, saya menulis sesuatu yang kalau diperhatikan akan memberi pengertian bahwa Hilman Hariwijaya—penulis favorit saya—‘mencontek’ gaya Astrid Lindgren yang merupakan penulis favoritnya. Idih, padahal ‘kan sebenarnya tidak begitu! Waktu itu saya tidak menyadarinya, tapi setelah membacanya lagi bertahun-tahun kemudian, saya kok jadi merasa bahwa saya sudah ‘asal’ dalam menulis.
    Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kalau tulisan itu sampai dimuat, berarti di mata redaktur dan editor tidak ada masalah, dong? Aduh, saya jadi bingung. Yang jelas, kalau nanti dapat kesempatan bertemu Mas Hilman, saya akan menunjukkan tulisan saya itu dan minta maaf pada Mas Hilman dan...minta foto bareng dan tanda tangannya juga dong!


Sekian dulu ya, FTD kali ini. Nanti dilanjutkan lagi. Mudah-mudahan, kelanjutannya saya menjadi lebih jujur dan lebih tebal muka dalam mengumbar ketololan saya. Mudah-mudahan juga, pada akhirnya, saya tidak lagi perlu membuat arsip FTD sepanjang ini. Sekalipun benar bahwa manusia berbuat kesalahan tiap lima menit, semoga untuk selanjutnya, saya hanya melakukan kesalahan setiap satu tahun atau satu dekade saja. Malu!