Selasa, 14 Juli 2009

LOMBA DESAIN PRODUKSI ACARA TELEVISI & LOMBA PENULISAN SKENARIO FTV 2009 TVRI

PENDAHULUAN
Sesuai dengan surat keputusan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, LPP TVRI Nomor : 102/KPTS/DIREKSI/TVRI/2009 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana HUT ke 64 Proklamasi Kemerdekaan RI dan HUT Ke 47 TVRI tahun 2009, diselenggarakan Lomba :
Desain produksi acara televisidan
Penulisan skenario Film TV

Kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Televisi Republik Indonesia ke 47 dimaksudkan untuk meningkatkan semangat kerja dan kebersamaan, sekaligus meningkatkan kualitas program siaran sesuai dengan arah dan tujuan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002.

Dalam penyelenggaraan tahun ini diberikan kesempatan kepada karyawan TVRI dan publik, untuk berpartisipasi mengikutsertakan karyanya dalam Lomba desain produksi acara televisi dan Penulisan skenario film TV dengan kategori :
A.Lomba desain produksi :
(1) Desain produksi Dokumenter berdurasi 30 menit
(2) Desain produksi Variety Show berdurasi 90 menit
(3) Desain produksi Talks Show berdurasi 60 menit.
B. Lomba penulisan skenario film TV
(4) Skenario siap untuk diproduksi menjadi Film TV berdurasi
30 -60 menit.

MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk meningkatkan kualitas program acara yang sesuai dengan Visi dan Misi TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.
Meningkatkan apresiasi publik terhadap hasil karya sastra dengan mengangkat hasil karya/cerpen sastrawan kondang Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia ke dalam bentuk Film TV.
Untuk mendapatkan pilihan desain produksi acara yang dapat diproduksi dan menjadi alternatif program dalam Pola Acara TVRI 2010.
Untuk mendorong kreativitas dan semangat kerja karyawan TVRI dalam menciptakan/membuat desain produksi acara televisi dan menulis skenario film TV.
Memberikan kesempatan bagi pemerhati TVRI agar berpartisipasi menyumbangkan ide, kreasi dan hasil karyanya untuk mengubah tampilan layar TVRI sekaligus pencitraan tayangan acara TVRI.
Untuk mengukur perhatian dan penilaian publik terhadap siaran TVRI melalui keikutsertaan dalam lomba.

KRITERIA/PERSYARATAN LOMBA
Lomba desain produksi acara televisi
1.Panduan program
(Judul, waktu siar, sasaran penonton, tujuan,
kriteria program, dan jenis produksi )
2. ID program/Tune ( Dalam bentuk storyboard )
3. Desain produksi
( Element/content program, durasi per-segmen )
4. Untuk DOKUMENTER dilengkapi sinopsis, treatment.
4. Kriteria presenter dan pengisi acara
5. Stage design decoration, stage lighting
( floor plan )
6. Biaya produksi ( Estimasi )

KRITERIA/PERSYARATAN LOMBA
Lomba penulisan skenario film TV
CERITA SKENARIO diangkat dari satu atau lebih dari satu CERPEN dari buku kumpulan cerpen berbahasa Indonesia karya sastrawan Indonesia. Tuliskan judul cerpen atau cerpen-cerpen yang dijadikan sumber skenario, nama cerpenisnya, judul buku kumpulannya, tahun terbit dan penerbitnya.
NASKAH SKENARIO ditulis lengkap sesuai format standar, l.k. 25 s/d 28 halaman, sehingga naskah tersebut siap untuk diproduksi menjadi Film TV.
Tuliskan TAFSIR/ANALISA singkat berkaitan dengan elemen ceritera: tokoh2 cerita, jalannya cerita, serta lokasi, dan kejadian terpenting dalam cerita.
Tuliskan penjelasan singkat mengapa cerita sekenario tersebut penting difilmkan untuk publik .


KRITERIA UMUM
1.Tidak menimbulkan konflik SARA
2.Tidak mengandung unsur kekerasan, pornografi dan pornoaksi.
3.Mendidik dan bermanfaat bagi publik

KRITERIA PENILAIAN
1. Tema /Judul
2. Ide orisinal (DOKUMENTER : sinopsis, treatment )
3. Sasaran penyampaian
4. Kemanfaatan bagi publik
5. Tata Artistik
6. Kelayakan presenter, pengisi acara.

PERSYARATAN PESERTA LOMBA
Setiap materi lomba yang dikirim harus lengkap, sesuai kriteria/persyaratan lomba.
Materi lomba dapat dikirimkan melalui jasa pengiriman atau diantar sendiri ke alamat :
Kreativitas & Pemandu Bakat
Direktorat Program & Berita , Kantor Pusat LPP TVRI
Jl.Gerbang Pemuda, Senayan –Jakarta
( Informasi selengkapnya dapat menghubungi Tlp.021.5732408/08161919719 Yuyun Purnomo)
Materi lomba tidak pernah dibuat/diproduksi oleh pihak manapun.

Seluruh materi yang diikutkan dalam lomba, baik yang terpilih menjadi pemenang ataupun yang tidak terpilih, menjadi hak milik TVRI untuk diproduksi dan ditayangkan oleh TVRI dan atau hasil produksinya diikutkan dalam pertukaran acara TV dengan pihak luar negeri serta dapat diikut sertakan dalam Festival Internasional.
Materi lomba paling lambat diterima panitia Tanggal 25 Juli 2009

HADIAH PEMENANG
A. Lomba Desain produksi Dokumenter, Variety Showdan Talks Show
Masing-masing ;
-Juara Pertama ( Uang Tunai Rp.7.500.000;+ Piala + Piagam )
-Juara Kedua ( Uang Tunai Rp.5000.000;+Piala+Piagam )
-Juara Ketiga ( Uang Tunai Rp.2.500.000;+Piala+Piagam )
B. Lomba penulisan skenario film TV
-Lima skenario terbaik dari lima orang penulis skenario akan dinyatakan sebagai Pemenang.
-Masing-masing pemenang mendapat hadiah @ Rp.5.000.000; + Piala+Piagam.
-Hak memproduksi lima skenario pemenang lomba, menjadi Film TV adalah sepenuhnya milik TVRI.

TIM PENILAI
Juri Internal :
1. Harmens Tahir
2. Purnama Suwardi
3. Agus Wijoyono
4. Cosmalinda
Juri Independen :
1. Ikranagara
2. Gerzon Ayawaila
3. Retno Intani
4. Anis Ilahi

Info lebih lengkap silakan klik di sini

Minggu, 28 Juni 2009

KIDSFEST INDONESIA 2009

Welcome

Kamu pasti senang nonton film... pada tanggal 17 sampai 26 Juli akan diselenggarakan Festival Film anak-anak International di Jakarta yang bernama KidsFfest.

Lihat trailer KidsFfest di sini!!!

Hello KidsFfest? KidsFfest itu apa ya?
Festival film terbaru untuk anak-anak semua usia. Film-filmnya ada yang dari Jerman, Belanda, Italia, Perancis, Swedia, Malaysia, China dan banyak lagi.

Film apa saja yang bisa kita tonton?
Ada banyak macam film, ada animasi, petualangan, komedi, dokumenter bahkan film dengan iringan musik rap yang keren, juga ada film terbaru dari Indonesia.

Gimana kita bisa ngerti film luar negeri? Kan tidak dalam bahasa Indonesia?
Hmm... pertanyaan yang bagus, kita punya solusinya. Semua film diterjemahkan ke bahasa Indonesia juga bahasa Inggris.
Kapan dan dimana ya acaranya?
Dari 17 sampai 26 Juli di bioskop Blitz Grand Indonesia dan 21 Pondok Indah. Selain itu ada juga pemutaran film di ruang terbuka, serta kompetisi film pendek karya anak-anak.

Kompetisi film pendek?
Ya! Untuk kamu yang berusia 10-15 tahun bisa mengikuti kompetisi ini. Klik Competition untuk informasinya.

Bolehkan aku tanya lagi?
Tentu saja. Klik Guestbook!

Sampai jumpa di KidsFfest pada bulan Juli!

Lebih lanjut, silakan klik ini

Selasa, 23 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (4)

Hari penutupan Goelali Children’s Film Festival ’09, Sabtu 20 Juni 2009, yang lebih sepi dibandingkan pada hari pembukaan. Seorang panitia bahkan bisa mengingat saya sebagai salah seorang peserta Scriptwriting Workshop sehari sebelumnya, karena sepinya pengunjung festiaval yang menarik ini.

THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME (TOKI O KAKERU SHOJO)
Saya datang agak terlambat untuk mengikuti pemutaran film THE GIRL WHO LEAPT THROUGH TIME, film animasi 2D Jepang karya Mamoru Hosoda. Film sudah tayang beberapa menit saat saya tiba di Aula Besar Gedung Museum Bank Mandiri di Kota.

Meski terlambat, saya tetap menikmati film animasi fantasi ini. Ceritanya mengenai Makoto Konno, gadis urakan dan cuek yang bersahabat dengan Chiaki dan seorang cowok yang saya lupa namanya. Suatu hari, setelah selamat dari sebuah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, Makoto menemukan bahwa ia memiliki kekuatan melompati ruang waktu. Untuk gadis yang suka bermain-main sepertinya, kemampuan itu mendatangkan keuntungan. Makoto menggunakan kemampuannya untuk bersenang-senang di karaoke dan ‘kabur’ saat Chiaki menyatakan perasaan cintanya.

Keadaan mulai kacau saat Makoto menemukan bahwa sahabat-sahabatnya justru menjadi korban dari ulahnya yang seenaknya melompati ruang waktu. Makoto menyesal sekali karena saat kemampuannya melompati waktu telah habis, ia menemukan bahwa dua sahabatnya justru mengalami kecelakaan fatal dan Chiaki harus pergi meninggalkannya. Padahal, Makoto harus menyatakan perasaannya bahwa ia pun sebenarnya suka pada Chiaki….

Saya memberi nilai 4 untuk film ini. Cukup lucu, menegangkan dan membuat penasaran.

FILMMAKING WORKSHOP
Usai menonton, saya dan Anita, teman baru yang saya temui pada hari pembukaan festival, langsung berpindah ke tempat dilaksanakannya Filmmaking Workshop dengan IKJ. Sebenarnya, bukan hanya IKJ yang terlibat, melainkan juga beberapa pihak lain seperti Elang Perkasa Film dan lain-lain.

Sesi pertama workshop gratisan ini dimulai dengan menyaksikan film Viva Indonesia! Produksi SET Film. Lalu, setelah itu, Mas Sugeng, seorang Asisten Sutradara berpengalaman, menguraikan secara singkat apa dan bagaimana film itu.

Tanpa banyak bicara lagi, setelah break setengah jam untuk makan siang dan shalat, kami, peserta workshop, langsung praktek membuat sebuah film pendek berdurasi satu menitan. Peserta dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan membuat satu film pendek mulai dari konsep hingga proses pengambilan gambar.

Waduh, ternyata cukup rumit ya, membuat film itu? Dibimbing Tri Wahyu Jatmiko atau Koko, fotografer, kami yang terdiri dari Anita, Harum (peserta Scriptwriting Workshop di Instituto Italiano di Cultura juga) dan saya, mulai membuat film iklan majalah Time Out Jakarta tanpa persetujuan pihak majalah bersangkutan. Yah, namanya juga buat latihan, bukan untuk dijadikan iklan sebenarnya.

Proses pengambilan gambar berlangsung lebih dari satu jam. Pada awalnya, Mas Koko menyarankan agar kami sendiri yang memegang kamera. Tapi karena semuanya masih belum berpengalaman, akhirnya sang mentor-lah yang memegang kamera. Biar lebih cepat selesai. ^_^

Proses yang memakan waktu lama tersebut membuat saya dan Anita tak bisa menonton Morrison, film penutup Goelali Children’s Film Festival. Padahal, voucher film sudah ada di tangan.
Tapi, sudahlah. Mengikuti workshop ini lebih berharga bagi saya daripada menonton. Lebih banyak ilmu yang saya dapatkan.

Setelah proses pengambilan gambar usai, kami segera kembali ke tempat semula. Di sana, kelompok lain ternyata sudah lebih dahulu selesai. Gambar-gambar yang kami ambil lalu disunting oleh Mas Bayu.

Namun karena keterbatasan waktu, proses akhir tersebut tak dapat diselesaikan saat itu juga. Mas Sugeng dan Mas Bayu mengatakan akan mengunduh film tersebut di fb atau youtube, jika sudah selesai diedit.

Menjelang Maghrib, saya dan Anita meninggalkan Gedung Museum Bank Mandiri yang sudah sepi. Pulang dengan membawa pengalaman baru yang menyenangkan dan berkesan.

Terima kasih untuk penyelenggara Goelali Children’s Film Festival ’09 dan pihak-pihak yang ikut mendukung penyelenggaraan festival film anak pertama di Indonesia ini. Terima kasih karena sudah menambah pengalaman dan membuat hari-hari saya berkesan selama mengikuti festival ini. Semoga, tahun depan, Goelali Film Festival kembali diselenggarakan. Semoga bertemu kembali!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (3)

Setelah cukup lama mencari-cari, akhirnya saya temukan juga Gedung Instituto Italiano di Cultura. Saya tiba pukul 11.15 pada hari Jumat, 19 Juni 2009 dengan acara pertama (bagi saya) adalah menonton LITTLE BIG SHOTS PACKAGE #3. Saya memberi nilai 4 untuk karya-karya impor ini. Sebab, dari sembilan film pendek, ada enam judul film yang saya sukai. Berikut uraian saya tentang kesembilan film pendek tersebut.


BRUNO

Karya Jurgen Haas dari Jerman dan tanpa dialog. Saya suka film ini karena menunjukkan bahwa perselisihan dapat diselesaikan dengan cara sederhana : bermain bersama. Mengisahkan sekor lalat yang pada awalnya dianggap mengganggu oleh seekor laba-laba. Namun setelah bermain musik bersama, merekapun berteman.


KEMO SABE

Ada isu rasialisme dalam film ini. Karya Rana Kazkaz dari Amerika Serikat ini mengisahkan Yussef—keturunan Arab—yang ingin sekali bergabung menjadi koboi bersama sekelompok anak kulit putih. Meskipun Raul, anak Hispanik, menawarinya bermain menjadi Indian bersama anak-anak non-kulit putih lainnya, Yussef tetap ingin menjadi koboi. Setelah mendapatkan jins dan gesper, Yussef—atas ‘bantuan’ Raul—akhirnya dapat bergabung dengan grup koboi yang selalu memenangi pertempuran. Namun, pada akhirnya, Yussef justru merasa kurang nyaman setelah dapat mewujudkan mimpinya menjadi koboi…. Oke, saya suka film ini. Tidak ada kata lain.


CRACKS

Film karya Micah Baskir dari Amerika Serikat ini membosankan bagi saya. Ceritanya tentang seorang gadis yang berangkat ke sekolah dengan menginjak bagian-bagian jalan yang retak. Kalau seseorang memahami dan percaya takhayul orang bule bahwa menginjak jalan retak dapat membawa sial, maka barangkali, dia dapat menikmati film ini sebagai ‘tantangan’. Namun karena saya tidak percaya takhayul seperti itu, saya jadi tidak bisa menikmati film ini….


THE RED BALLOON

Lagi-lagi dari Amerika Serikat dan lagi-lagi tidak saya sukai. Karya sutradara Michael Olesen yang bagi saya kurang menarik. Ceritanya sih cukup mengharukan. Tentang seorang anak yang membeli balon merah dengan harga diskon. Pada balon tersebut, digantungkan kertas bertuliskan ucapan selamat ulang tahun untuk ibu sang anak. Setelah balon dilepaskan, film pun berakhir. Ah, hanya itu? Tidak ada penjelasan lain?


WHO SAVED THE MOON

Film anak-anak sejati dan tidak bertele-tele, karya Luke Feldman dari Australia. Tentang seorang anak yang berusaha menyelamatkan bulan yang jatuh ke dalam sumur. Intinya, saya suka film ini.


CHINESE WHISPER

Orang Jerman ternyata jago bikin film. Karya Oliver Rauch ini mengisahkan permainan membisikkan kalimat singkat secara berantai yang disebut Chinese Whisper. Ceritanya, Mariam membisikkan “Paul tidak pernah mandi” pada teman di sebelahnya. Sang teman lalu membisikkan kalimat serupa pada teman di sebelahnya. Begitu seterusnya hingga seisi kelas menertawai Paul. Namun pada saat terakhir, seorang teman yang tidak setuju pada ulah Mariam, mengganti dengan kalimat lain dan membisikkannya pada Paul sebagai peserta terakhir. Paul pun tersenyum dan mengucapkan keras-keras kalimat yang ia dengar hingga keadaan berbalik : justru Mariam yang dibuat malu. Film yang lucu, sederhana dan saya sukai. Apa lagi yang harus saya katakan?


CANARY BEAT

Kalau tida punya teman, kita masih bisa bermain sendiri. Begitulah pesan film ini yang dihiasi musik menghentak ini. Karya Jurgen Haas (Jerman) ini mengisahkan seekor burung kenari yang berduet dengan bayangannya sendiri. Saya suka film ini.


A HORSE TALE

Animasi yang kaku dan cerita yang maunya melucu tapi kurang lucu membuat saya bosan dan tidak menyukai film ini. Disutradarai oleh Rick Hazell dari Sekolah Film Vancouver, Kanada. Tentang seekor kuda yang tidak mau bergerak sekalipun seorang penunggang kuda sudah berusaha keras membuatnya agar mau bergerak. Bosan….


MY GREATEST DAY EVER

Film Australia karya Mark Bellamy yang kocak dan tentunya saya sukai. Tentang ayah dan anak yang percaya takhayul dan kehilangan kaus kaki keberuntungannya justru pada saat final turnamen sepak bola yang penting. Scotty, sang anak yang menjadi tidak percaya diri, lalu berusaha agar ia tak perlu main. Namun sialnya, ia malah ditunjuk menjadi kipper, posisi yang belum pernah ia pegang sebelumnya. Keadaan menjadi genting. Saat ayah Scotty berhasil menemukan kaus kaki keberuntungan Scotty, kaus kaki itu ternyata tak mampu membalikkan situasi….


SCRIPTWRITING WORKSHOP

Begitu film—yang dirangkai dengan Little Big Shots Package #4—usai, dengan perut agak keroncongan, saya naik ke lantai dua untuk mengikuti Scriptwriting Workshop dengan Serunya Scriptwriting yang dimulai pada pukul 13.00. Barangkali karena lapar, saya jadi kurang konsentrasi. Namun, saya paksakan diri mengikuti pelatihan gratis ini.


Oleh seorang pengajar yang saya lupa namanya (maafkan saya, sensei ^_^), kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan mulai merancang sebuah sinopsis sebuah skenario film anak-anak. Sesuai dengan tema The Magic of Film, kami pun diminta menulis sinopsis film fantasi anak berdasarkan setting dan karakter utama yang telah kami tentukan.


Setelah jadi, sinopsis tersebut dinilai dan ternyata… kelompok kami dinyatakan sebagai kelompok dengan sinopsis terbaik! Kamipun diberi hadiah berupa masing-masing sebuah wafer buatan Malaysia yang entah bagaimana rasanya. Wafer itu tidak pernah saya makan, tapi saya berikan pada tante saya setibanya saya di rumah.


Seperti apa sinopsisnya? Hehehe, saya agak malu menceritakannya di sini. Namanya juga film fantasi, jadi pastilah serba ajaib. Dan itulah yang membuat saya tidak percaya diri menguraikannya di sini. Hahaha!

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (2)

Sebenarnya, hari itu saya agak malas keluar rumah. Namun karena di rumah juga membosankan, siang itu, Rabu, 17 Juni 2009, saya putuskan saja untuk datang ke CCF Salemba. Sebab, di gedung Pusat Kebudayaan Prancis tersebut, sedang diadakan Goelali Children’s Film Festival ’09.


Tiba di sana, karena pemutaran film kali itu adalah Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya langsung mengambil voucher film. Sempat ditawari pula untuk membeli pin festival seharga Rp 6000,- per buah dan saya membeli satu buah saja ^_^


Meski sebelumnya saya sudah pernah menyaksikan Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, saya masuk saja. Sebab, pemutaran film berikutnya, Little Big Shots Package #4, baru akan dimulai pukul 17.00. Daripada bengong, saya nonton saja apa yang sudah pernah saya tonton. Toh gratis, saya tidak rugi sama sekali, ‘kan? Lagipula, saya menjadi satu dari sedikit orang yang hadir di sana untuk menyaksikan film. Mini teater setempat hanya terisi setengah dari kapasitasnya. Sebagian adalah anak-anak yang cukup berisik dan mengganggu. Barangkali, film pendek memang kurang menarik bagi mereka….


Usai pemutaran Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, hanya berselang beberapa menit, film berikutnya dimulai. Untuk rangkaian film pendek ini, saya memberi nilai 3 dari skala 1 sampai 5. Sebab, dari delapan film pendek yang ditayangkan beruntun, hanya empat yang saya sukai. Saya kira, nilai 3 cukup-lah. Bagaimana pun, Film Pendek Indonesia-Kawan Setia, masih lebih saya sukai (saya memberi nilai 4) karena lebih banyak judul film yang menarik bagi saya pribadi.


Namun, kalau mau jujur, sebagai referensi untuk belajar tentang film, saya lebih memilih Little Big Shots Package #4 daripada Film Pendek Indonesia-Kawan Setia. Sebab, dari film-film luar tersebut, saya belajar bahwa untuk menyampaikan sesuatu, kita tidak perlu bertele-tele dan membuang-buang frame dan durasi film. Cukup disampaikan dengan lugas, penonton akan langsung memahami. Berbeda dengan sebagian film Indonesia yang cenderung berlama-lama dan mengulangi apa yang sudah pernah disampaikan dalam adegan sebelumnya….


Meski demikian, karena saya cinta Indonesia, maafkanlah saya jika sedikit subyektif dengan memberi nilai lebih tinggi untuk karya-karya bangsa kita. Nah, inilah uraian saya mengenai Little Big Shots Package #4.


OLI’S CHANCE

Film pembuka ini adalah salah satu dari empat film yang saya sukai. Film animasi 3D yang bercerita tentang seorang anak nakal bernama Oli yang suka bermain di rel kereta api. Sampai suatu saat, Oli bertemu dengan tiga orang anak yang pernah menjadi korban kecelakaan di rel kereta api. Pertemuan ini membuat Oli sadar akan bahaya bermain di rel kereta api. Oli bersyukur, nasibnya tidak seperti ketiga anak tersebut. Film berbahasa Jerman karya Saschka Unseld dan Johanes Weiland ini bagus sekali untuk kampanye mengurangi kecelakaan di jalur kereta api. Tidak hanya anak-anak, orang tua—termasuk mereka yang suka naik ke atap gerbong penumpang—wajib menontonnya!


BREAD

Karya Paola Morabito yang mungkin agak membingungkan bagi anak-anak. Minim dialog dan membutuhkan kejelian sendiri untuk menangkap pesan atau inti dari film ini. Film Australia ini mengisahkan gadis kecil yang harus bekerja di toko roti milik keluarganya. Akibatnya, ia tak bisa mengikuti (atau menyaksikan?) pertandingan sepak bola di sekolahnya. Padahal, sekolahnya berhasil merebut piala kemenangan. Maka, si gadis hanya bisa menendang-nendang roti, seolah sedang bermain sepak bola di toko roti milik keluarganya. Bagus sih…. Tapi menurut saya bagian pembukanya terlalu panjang. Piala kemenangan sekolah, yang membuat si gadis kecil merasa sedih, justru hanya ditampilkan sekilas. Padahal, bukankah piala itulah yang memicu konflik batin dalam diri sang gadis cilik? Akhir kata, saya tidak suka film ini….


NO BIKINI

Film Kanada karya Claudia Morgado Escanilla. Ini juga film kesukaan saya. Bercerita tentang Robin, gadis 7 tahun yang kurang suka dengan bikini yang dibelikan oleh ibunya. Akibatnya, saat sedang mengikuti kelas renang selama enam minggu, Robin memutuskan untuk mengenakan celana pendek saja. Maka, ia pun ‘berubah’ menjadi anak laki-laki. Tak disangka, semua orang percaya bahwa ia adalah anak laki-laki, termasuk guru renangnya sendiri. Robin pun menikmati masa-masa menjadi anak lelaki yang sangat menyenangkan, meskipun tidak mungkin berlangsung selamanya. Hah…. ‘transformasi seksual’ yang indah….


EARLYBIRD

Idenya sih bagus, kampanye naik sepeda agar dapat sampai di tujuan lebih cepat daripada naik mobil. Namun karya sutradara Trace Bolla dari Australia ini agak membosankan saya. Sebab, selama mengikuti film, saya jadi merasa bahwa pembuat filmnya sendiri yang mematahkan kesimpulan bahwa naik sepeda lebih cepat daripada naik mobil. Entah ini perasaan saya yang kurang peka atau pembuatnya yang terlalu senang ‘bermain-main’ dengan animasi 2D, namun saya jadi merasa bahwa perjalanan sang koki—tokoh utama film—menuju tempat kerjanya dibuat menjadi panjang, lama dan pada akhirnya, membosankan….


ANATOMMY

Katanya, Logan Cascia, sutradara film ini baru berusia 18 tahun. Kalau benar demikian, saya salut karena mampu membuat film dokumenter yang bagus dan inspiratif. Film ini mengisahkan Tommy Carroll yang buta karena kanker retina, namun merasa bahwa keadaannya yang cacat justru membuatnya lebih baik. Tommy mengaku, dia tidak bisa membayangkan, apakah ia dapat melakukan segala macam kegiatan seperti lari, main skateboard, main drum dan lain-lain sebaik saat ini (dalam keadaan buta), jika saja ia dapat melihat. Hebat!


HERZOG AND THE MONSTERS

Film Skotlandia yang membuat kepala pusing. Meskipun pemenang penghargaan, saya tidak suka karena kesulitan membaca kata-kata dan huruf-huruf yang ‘berserakan’ di layar. Kisahnya sendiri tentang Herzog yang membuat cerita dari huruf-huruf yang ia curi dari buku-buku milik neneknya. Neneknya marah da mengurung Herzog hingga Herzog tersesat di sebuah hutan yang dipenuhi dengan monster-monster yang tercipta dari rangkaian huruf. Membingungkan bagi saya….


GLOSOLL-SIGUR ROS

Film Islandia karya Stefan Arni dan Siggi Kinski. Yang saya sukai dari film ini hanyalah para pemainnya yang lucu-lucu dan pemandangan alam yang cukup indah. Selain dari itu, tidak ada. Ceritanya sendiri mengenai penabuh drum cilik yang membawa sejumlah anak untuk ‘terbang’ bebas, melayang penuh sukacita. Tanpa dialog dan membuat saya bosan.


SNAKEBITE

Film terbaik biasanya ditempatkan paling akhir. Seperti itulah Snakebite, film Skotlandia karya Matt Pinder. Kisahnya mengenai dua anak gendut-lucu yang bersahabat, Sammy dan David. Saat sedang bermain di sungai, Sammy digigit oleh seekor binatang. David yakin, binatang itu adalah ular dan merasa bahwa Sammy sebentar lagi akan mati. Dua sahabat itu menjadi sedih. Sammy lalu membayangkan, apa yang terjadi saat ia mati nanti. Ia membayangkan keluarganya berduka pada saat penguburannya dan bagaimana kawan-kawannya mengenangnya sebagai anak yang baik dan istimewa. Sammy semakin berduka saat pulang ke rumah hingga orang tuanya pun menggunakan sedikit muslihat untuk mengatasi kesedihan hati Sammy. Film yang sederhana dan sangat cocok untuk anak-anak. Dan yang pasti, sepanjang film, saya tak henti menahan tawa geli melihat tingkah Sammy yang polos dan menggemaskan.


Usai menonton, saya segera pulang. Gedung CCF semakin sepi saja….

Minggu, 21 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (1)

Dari Depok pada Minggu pagi 14 Juni 2009, saya naik kereta dan turun di Stasiun Jakarta Kota (Beos). Lumayan juga perjuangan yang harus saya lalui, harus berdiri selama hampir satu jam sambil menjaga tas dan HP dari ancaman copet yang senantiasa mengintai.

Tiba di Beos, saya cepat-cepat menyeberang, memasuki Museum Bank Mandiri dan langsung menemukan loket ticket box dan informasi. Acara yang saya tuju pada hari itu adalah mengikuti sesi forum diskusi bertema "Film & Anak-anak" yang menghadirkan pembicara Chicha Koeswoyo (Mantan Artis Cilik & Board Advisor Goelali Foundation), Mutiara Padmosantjojo, S. PSi M.Sc (Spesialis Pendidikan Anak Usia Dini) dan Ursula Tumiwa (Board advisory Memmber & Koordinator Festival) dengan moderator David Chalik (Artis & Presenter).

Acara yang sedianya dimulai pada pukul 12.00 tersebut molor hingga setengah jam. David datang agak terlambat dan sempat bertanya pada saya "Mbak, di sini tempat forum diskusi-nya, ya?" Saya mengangguk saja meski heran, mengapa dia bertanya pada saya padahal saya bukan panitia sementara di sekitar itu jelas-jelas ada panitia festival berkeliaran. Atau, apakah karena saat itu saya memakai t-shirt putih, "seragam kebesaran" panitia?

Ah, sudahlah. Setelah menunggu peserta diskusi yang jumlahnya kurang dari setengah kapasitas kursi yang tersedia, diskusi pun dimulai. Bagi saya, diskusi itu agak membosankan dan kurang menambah wawasan. Sebab, mirip obrolan arisan ibu-ibu. Seorang ibu seksi (kalau tidak salah Sari Koeswoyo), mengusulkan agar kaum ibu membuat petisi pada produser agar membuat film anak dan seterusnya. Namun, intinya para pembicara prihatin atas kurangnya film anak-anak. Kalau pun ada, adalah film branding seperti Liburan Seru! yang disponsori sebuah merek susu. Chicha juga curhat tentang pengalamannya menonton Laskar Pelangi bersama anak-anaknya. Anak lelakinya mengatakan bahwa film tersebut bagus, sementara anak perempuannya menyebut bahwa film tersebut adalah film paling buruk. Saat itu Chicha langsung shock dan akhirnya menonton lagi Laskar Pelangi hanya berdua dengan anak perempuannya tersebut. Setelah didampingi dan diberi penjelasan, barulah sang anak memahami pesan dari film tersebut.

Usai acara, saya keluar dari ruang diskusi nyaris tanpa kesan. Bersama Anita, teman baru yang juga mengikuti program forum diskusi tersebut, kami makan siang di kantin museum. Setelah itu, kembali untuk mengikuti forum diskusi berikutnya yang bertema "Industri Film Anak-anak (Indonesia)" di ruangan yang sama. Lagi-lagi, acara molor lebih dari setengah jam., atau mungkin sampai satu jam. Anita sampai gelisah. Sebab, setelah acara itu, ia berniat menonton "Film Pendek Indonesia-Kawan Setia" pada pukul 15.30. Jika diskusi terlambat dimulai, bisa jadi dia akan terlambat pula untuk menonton film.

Akhirnya acara pun dimulai. Masih dengan David Chalik sebagai moderator, diskusi ini menampilkan pembicara antara lain Jujur Prananto (Penulis Skenario “Sherina), Arturo GP (Sutradara & Editor Film) dan Drs. Zamris Habib (Pengamat Pendidikan & Komunikasi). Dengan materi yang disiapkan lebih matang dan konsep yang mirip kuliah umum, saya merasa bahwa diskusi yang diisi oleh praktisi berpengalaman ini akan lebih menarik daripada diskusi sebelumnya. Anita juga menjadi lebih bersemangat mengikutinya.

Sayang, Anita harus meninggalkan forum yang mulai menghangat itu karena ingin menonton film. Saya pun mengikutinya meskipun belum memegang tiket atau voucher. Sebab, menurut panitia, untuk film tersebut sudah fully booked dan nama saya masuk daftar tunggu. Meski demikian, saya tetap berniat nonton. Siapa tahu, ada penonton yang membatalkan niatnya menonton dan kursi pun diberikan pada saya.

Akhirnya saya masuk juga ke mini teater untuk menonton karena pada saat-saat terakhir, jumlah penonton masih bisa dihitung dengan jari. Sepi.... Membuat saya heran dan tercengang. Apakah karena yang akan tayang adalah film pendek yang mungkin kurang dikenal, maka jumlah penonton menjadi sedemikian sedikitnya?

Sudahlah, yang penting saya bisa menonton, bukan? Lebih penting lagi, saya jadi tahu, bahwa sebenarnya pembuat film Indonesia adalah orang-orang yang profesional dan tentu saja mampu menghasilkan karya bermutu baik. Rangkaian 6 film pendek tersebut adalah sebagai berikut.

CHENG CHENG PO
Film karya BW Purbanegara ini adalah film bertema "Bhinneka Tunggal Ika". Filmnya sendiri berkisah tentang Markus, Tiara dan Tahir yang ingin membantu Han, sahabat mereka yang kesulitan membayar SPP (kalau tidak salah, anak SD zaman sekarang tidak lagi bayar SPP, deh...). Padahal, bisnis bakpao orang tua Han sedang berada dalama kesulitan karena kurang laku. Akhirnya, bermodalkan barang-barang 'pinjaman' yang diambil tanpa seizin pemiliknya (orang tua mereka sendiri!), anak-anak itu membuat barongsai dan menari-nari di depan lapak orang tua Han. Singkat kata, aksi mereka yang dibantu modin mushalla setempat, menarik perhatian orang untuk membeli bakpao. Han pun dapat membayar SPP-nya. Saya agak bingung dengan film ini. Di sisi lain mengajarkan kekuatan persahabatan dan ke-bhinneka-an, namun di sisi lain juga mengajarkan agar anak boleh saja 'meminjam tanpa izin' barang milik orang lain--sekalipun milik orang tua sendiri--selama akan digunakan untuk kebaikan. Yah... besok-besok, Robin Hood akan menjadi pahlawan yang nyata, bukan lagi sekadar cerita rakyat yang sulit dibuktikan kebenarannya.

AKU, KORAN DAN DVD
Karya Millaty Ismail ini minim dialog. Ceritanya tentang penjual koran bernama Abdullah yang menghabiskan uang hasil kerjanya untuk membeli DVD bajakan video klip Peterpan dan 'menyogok' penjual DVD untuk memutarkannya. Sepintas mirip pemborosan. Tapi, setiap orang berhak menggunakan uangnya dengan cara yang ia sukai, bukan?

JALI JONI
Karya Isha Hening ini benar-benar film untuk anak. Ada pesan yang mengena bahwa kita jangan mengabaikan teman atau saudara kita. Kisahnya sendiri mengenai Jali, yang diabaikan oleh teman sekolah dan kakaknya, Maul. Karena kecewa, Jali bersahabat dengan seekor kambing yang ia beri nama Joni. Persahabatan itu membuat Jali tidak mau lagi makan sate kambing, lebih suka sayuran dan pernah mencuri susu adik bayinya untuk diberikan pada Joni. Meskipun pada akhirnya Jali harus berpisah dengan Joni, film berakhir dengan manis. Sebab, Maul akhirnya sadar bahwa ia tidak boleh mengabaikan adiknya. Film ini, meskipun alurnya agak lambat, namun tema persahabatan yang sederhana membuatnya lebih menarik daripada tema 'besar' seperti bhinneka tunggal ika.

AKU SAYANG MARKUS
Karya anak IKJ dengan sutradara Danial Rifki. Film ini bagus dan sempat membuat Anita menitikkan air mata sementara saya sendiri tidak habis pikir dengan kontradiksi yang ditampilkan walaupun hanya sekilas. Ceritanya tentang dua sahabat, Ajeng dan Markus. Markus yang sakit AIDS, dikucilkan dari pergaulan dan dilarang bersekolah. Hanya Ajeng yang tetap mau berteman dengannya, bahkan mengajari Markus berbagai pelajaran sekolah selama Markus tidak bersekolah. Markus berjanji akan mengajak Ajeng naik bianglala, namun tidak sempat ditepati karena Markus akhirnya meninggal dunia. Nah, di sinilah yang jadi pertanyaan saya. Dalam sebuah adegan, ditunjukkan bagaimana Markus dengan teratur meminum obat untuk menjaga kesehatannya. Namun dalam adegan lain, Markus dan Ajeng, tampak sedang nongkrong di atap rumah pada malam hari. Akibatnya, Markus baruk-batuk, sakit. Kita tahu, AIDS adalah penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Namun mengapa Markus dibiarkan bermain-main di atap rumah yang tentu saja tidak baik bagi kesehatannya? Lagipula, apa alasannya sampai Ajeng dan Markus harus naik ke atap segala selain untuk mengobrol? Untuk melihat bintang seolah-olah sudah berada di atas bianglala atau apa? Ada yang bisa menjawab?

TROPHY BUFFALO
Film karya Vanni Jamin ini adalah satu dari dua film terbaik dalam rangkaian film pendek ini. Berkisah tentang permusuhan dua keluarga di Sumatera Barat yang mempertaruhkan harga diri melalui adu kerbau. Anak-anak keluarga tersebut kemudian berupaya mendamaikan keluarga dan berusaha menyudahi adu kerbau yang menyiksa binatang tersebut. Meski heran bagaimana Pandi, salah seorang tokoh utama cerita, bisa lolos dari kamar saat dikurung oleh ayahnya, saya jadi heran, mengapa cerita ini tidak dianggak menjadi film panjang saja? Cerita sebagus ini hanya dapat dinikmati dalam waktu singkat, rasanya sayang....

HARAP TENANG, ADA UJIAN!
Film terbaik yang memang pantas diletakkan sebagai film penutup. Karya Ifa Isfansyah (Garuda di Dadaku) ini memang kocak. KIsahnya mengenai anak Yogya yang polos dan sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir. Saat gempa Yogya terjadi pada 2006, sang anak sedang belajar sejarah, khususnya tentang masa penjajahan Jepang. Menemukan rumahnya hancur dan ayahnya tewas, sang anak mengira dua orang sukarelawan Jepang sebagai pelakunya. Ia mengira Jepang hendak kembali menjajah Indonesia dan bertekad mengusir Jepang. Saya tertawa sampai mengeluarkan air mata saat menonton film ini. Film yang sangat bagus dan membuat saya jadi ingin menonton karya Ifa Isfansyah yang lain!

Saya kembali ke Depok saat sore menjelang. Meski pada awal kedatangan sempat bete karena agak kecewa dengan forum diskusi-nya, namun Kawan Setia membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Ternyata, pembuat film kita sebenarnya sudah jago-jago, kok.

Rabu, 10 Juni 2009

PELATIHAN KOMERSIL

Ada teman saya, yang sama-sama ngidam mau jadi penulis skenario film (TV mau pun bioskop, sama saja, yang penting menulis skenario!), curhat pada saya. Dia mengaku sebal setiap kali menemukan informasi mengenai workshop mau pun training penulisan skenario yang bayarannya selangit. Sebab, selain tidak mampu membayarnya (sepertinya ini alasan utama mengapa dia sebal), teman saya itu menganggap bahwa dalam menuntut ilmu, seseorang jangan dipersulit, termasuk dalam urusan biaya. Hm.... alasannya sama saja, sebenarnya. Bahkan, teman saya 'menuding', gara-gara biaya selangit itu, semakin sedikit orang yang bisa mengikuti pelatihan, sehingga semakin sedikit pula orang-orang yang dapat menulis skenario. Pada gilirannya, semakin sedikit pula karya-karya berkualitas yang dapat dihasilkan (sekalipun saya tidak tahu, apa makna dan batasan 'kualitas' yang dimaksud)....

Waktu itu saya mengamini meskipun tidak sampai menggebu-gebu seperti dia. Tapi, dalam hati saya ingin bertanya, "kalau bayarannya murah meriah, apa yakin bisa menyerap ilmu yang diinginkan?" Maksud saya, kalau sesuatu kita dapatkan dengan mudah (dan murah, dalam kasus ini), apakah kita akan menghargainya? Jangan-jangan malah seperti salah seorang sepupu saya yang bisa jadi tenaga honorer di sebuah instansi pemerintah atas bantuan keluarga yang kebetulan sudah menjadi pejabat di instansi tersebut. Hasilnya, sepupu saya itu malasnya minta ampun dalam urusan masuk kerja. Sebab, ya itu tadi, karena mendapatkan pekerjaan dengan sangat mudah, tanpa harus bersusah payah seperti pencari kerja lain. Bahwa kemudian sepupu saya itu akhirnya butuh waktu delapan tahun (lama juga, ya) untuk diangkat jadi PNS, saya malah menganggapnya sebagai sebuah keajaiban dunia yang kesekian juta. Bagaimana tidak ajaib kalau selama menjadi tenaga honorer, sepupu saya itu lebih banyak bolosnya daripada bekerja!

Sudahlah mengenai sepupu saya tersebut. Saya hanya memberi gambaran bagaimana sesuatu yang mudah diperoleh justru dapat melenakan. Jujur, saya sendiri lebih senang kalau biaya workshop itu murah meriah. Tapi masalahnya kembali pada diri kita sendiri, apakah kita akan serius mengikuti workshop atau pendidikan lain dalam bidang apapun?

Jawaban pertanyaan ini saya dapatkan saya menjadi pengajar privat untuk murid SD, SMP dan SMU semasa kuliah dulu, kurang lebih delapan atau sembilan tahun lalu. Dasar anak-anak, mentang-mentang gurunya yang datang untuk mengajar, pada kali pertama pertemuan saya dengan mereka, mereka malas-malasan belajar. Mereka menjadi lebih serius setelah saya 'unjuk taring' dengan 'memaksa' mereka ikut membahas soal-soal fisika dan matematika dari buku teks. Jangan main-main ya dengan ibu guru gendut ini! :D

Intinya sobat, apa pun yang kita peroleh dengan mudah, bisa jadi bumerang buat kita jika kita tidak menyikapinya dengan bijaksana. Saya pernah ikut 'workshop' penulisan skenario gratisan dari sebuah PH yang katanya mau mencari anggota tim kreatif. Dengan modal pengalaman menulis 40-50 an cerpen anak dan remaja di harian lokal di kota tempat saya kuliah, saya pede sekaligus senang-senang saja dengan 'workshop' tersebut. Meskipun untuk mencapai kantor PH bersangkutan, saya harus jumpalitan selama hampir dua minggu naik turun angkutan umum selama lebih dari dua jam. Pulangnya juga begitu, menghabiskan waktu sangat lama.

Capek dan menghabiskan ongkos jalan dan makan, tapi saya bertahan karena berharap mendapatkan ilmu dan semoga juga, diterima menjadi anggota tim kreatif. Selama seminggu lebih, saya dan peserta lain dibuat hampir bosan dengan tugas yang melulu membuat sinopsis dari puluhan episode sinetron seri yang ditulis PH bersangkutan tanpa ada kejelasan, apakah kami diterima atau tidak, dan yang tak kalah penting, apakah kami jadi diajari cara menyusun skenario atau tidak. Akhirnya kami menyerah karena berbagai alasan. Saya sendiri menyerah karena sudah tak punya uang lagi untuk ongkos jalan (jujur-sejujur-jujurnya, nih!). Sementara tidak ada penghasilan karena selama mengikuti workshop, saya tidak bisa bekerja (pekerjaan saya waktu itu? Ada, deh...) karena workshop berlangsung seharian dan ditutup dengan acara 'nonton bareng' sinetron seri yang ditulis PH tersebut, di dua stasun TV swasta nasional.

Waktu itu saya sempat kesal karena sudah bersusah payah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan uang, namun tak mendapatkan apa yang diharapkan, yakni ilmu penulisan skenario yang mumpuni. Namun setelah saya pikir-pikir lagi, bukankah ilmu itu sudah saya dapatkan setiap kali saya menyimak dan merangkum isi skenario sekian puluh episode tersebut? Daripada mendengarkan materi dari pengajar sampai kuping tebal tapi tidak juga mengerti, bukankah lebih baik kita belajar sendiri dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita? Saya memang tipe orang yang dalam belajar agak lamban tapi begitu saya memahami sesuatu, saya tidak akan melupakannya sampai mati. Lebih baik saya belajar sendiri tanpa gangguan dari orang lain daripada belajar ramai-ramai, tapi malah susah 'masuk'-nya. Itu menurut saya, lho....

Walhasil, saya sekarang bersyukur pernah mengikuti 'workshop' tersebut meskipun sebelumnya sempat merasa dikerjai juga. Sampai sekarang saya tidak tahu, apa maksud PH bersangkutan tidak memberi kejelasan sekalipun kami sering bertanya mengenai tujuan 'workshop' tidak komersil tapi 'kurang jelas' tersebut. Saya malah berterima kasih, sudah diberi kesempatan membaca dan merangkum puluhan episode skenario sinetron seri yang tidak sembarang orang boleh melihatnya. Setelah bersusah payah dan sempat menyerah, akhirnya saya bisa mengambil hikmahnya juga.... Intinya, positive thinking saja, biar tidak merasa kecewa....

Maka, benarlah adanya, tiada yang gratis di dunia ini. Kalau mau mendapatkan sesuatu, termasuk ilmu, ya harus berkorban. Bisa korban uang, korban tenaga, korban waktu sampai korban pikiran plus makan hati. Sekalipun ada yang namanya sekolah gratis, murid-muridnya ternyata adalah 'korban' kemiskinan dan pemiskinan sehingga dapat dikatakan bahwa mereka memang sudah berkorban banyak sebelum dapat mengikuti pendidikan gratis tersebut.

Tapi, meskipun kurang setuju dengan alasan teman saya yang sebal terhadap pelatihan penulisan skenario bertarif mahal (untuk ukuran kami berdua, sih...), saya memberi usul : cari dan ikutilah workshop yang bertarif terjangkau, kalau perlu yang gratisan selama dia memang memenuhi syarat mengikuti pelatihan gratis tersebut. Bukankah dalam hidup ini, kita punya banyak pilihan? Mau makan pizza tapi tidak mampu membeli pizza buatan Pizza Hut atau Mazzaro (atau Mazzarno, sih? Saya lupa namanya), gampang. Banyak kok, penjual pizza di pinggir jalan yang menawarkan pizza dengan harga miring. Begitu juga dalam belajar menulis skenario, ada kok workshop dengan biaya tak sampai jutaan rupiah. Kalau mau tahu workshop murah tersebut, cari sendiri informasinya di internet, ya....

Yang jelas, setelah mendengarkan curhat (atau lebih tepat disebut kritik?) dari teman saya itu, kami jadi punya cita-cita yang mudah-mudahan mulia. Kami berjanji (insya Allah bisa ditepati), kalau besok-besok bisa jadi penulis skenario, kami akan membantu siapa saja yang ingin belajar menulis skenario dengan memberikan pelatihan yang 'ramah kantong atau dompet'. Kalau perlu, seperti kata Kinoysan (kira-kira, soalnya saya lupa bagaimana persisnya) dalam salah satu bukunya, sekalipun tidak dibayar, isi saja pelatihan. Karena dengan begitu, selain membagi ilmu dan mengasah kemampuan kita, kita bisa mendapatkan pahala. Amiiin....

Tapi ada satu masalah. Kami belum juga jadi penulis skenario. Jadi, bagaimana melatih orang lain kalau kemampuan kami belum terbukti?

Aduuuh, bahkan untuk berbuat baik pun, ada jalan terjal yang harus dilalui. Makanya, doakan dong, supaya saya dan teman saya bisa jadi penulis skenario ^_^ Tolong, ya....

Senin, 08 Juni 2009

BODOHNYA AKU.... TAPI TETAP DICONTEK JUGA

Baru beberapa minggu yang lalu saya mendengar istilah 'microblogging'. Saya sempat bingung, istilah apa lagi itu? Soalnya, waktu itu saya hanya tahu blog, bukan blog 'kecil'....

Belakangan saya baru tahu bahwa microblogging ekivalen dengan (misalnya) twitter, plurk dan bahkan facebook juga. Wah, kalau tiga nama itu sih, sudah saya ketahui sejak lama! Dari ketiga web terkenal itu, hanya fb yang saya ikuti. Sebab, selain memang yang (konon) paling dikenal di seluruh dunia, fb lumayan komplit juga. Tak usahlah saya jelaskan, 'komplit'-nya di mana, semua juga tahu....

Hehehe, memalukan! Masa' istilah microblogging saja baru dengar! Ke mana saja saya selama ini?

Tapi... saya berusaha menghibur diri bahwa jelek-jelek begini, apa yang saya tulis pernah dicontek juga oleh pihak lain yang jauh lebih 'besar' dan lebih 'kuat'. Sebab, baru-baru ini juga, belum sampai sebulan ini, saya menemukan bahwa sebuah situs informasi dunia hiburan yang cukup terkenal telah mengambil begitu saja, secara bulat-bulat, sebuah halaman di Wikipedia! Halaman tersebut adalah halaman mengenai seorang aktor muda yang melejit di awal tahun 2000an.

Oleh situs informasi dunia hiburan tersebut, halaman mengenai aktor tersebut di-copy paste menjadi halaman biografi aktor bersangkutan di situs mereka, tanpa di-edit satu kalimat pun! Parahnya, situs tersebut tidak mencantumkan sumbernya, yakni Wikipedia. Saya tidak tahu apakah situs tersebut sudah meminta izin dari Wikipedia atau memang karena Wikipedia adalah ensiklopedia hingga pengambilan informasi apa pun dari Wikipedia tidak memerlukan izin. Namun, yang pasti, saya sebalnya minta ampun.

Sebab, meskipun bukan saya yang membuat halaman mengenai aktor tersebut, saya tahu bahwa dalam beberapa bulan ini, saya adalah salah seorang yang rajin meng-update informasi terbaru mengenai sang aktor. Jadi, saya ikut punya andil dalam membangun halaman tersebut, dong. Saya tidak tahu apa pendapat mereka yang juga telah menulis di halaman Wikipedia tersebut, tetapi saya tetap saja jengkel. Walau pun informasi yang dimuat di halaman Wikipedia tersebut bersifat umum dan mungkin mudah ditemukan di mana-mana, saya tetap merasa bahwa orang di balik situs info hiburan tersebut adalah orang yang malas yang bisanya hanya mencontek buah kerja orang lain. Katanya situs informasi, tapi kok mencomot informasi yang disusun oleh pihak lain begitu saja tanpa mencantumkan sumbernya? Apa tidak malu?

Tapi, sudahlah, saya bisa bilang apa? Kalau mau dongkol, ya dongkol saja sendiri. Nasib, nasib.... Maunya membantu orang lain mendapatkan informasi, malah dikerjai seperti ini....

Rabu, 03 Juni 2009

LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009)

Total Hadiah Senilai Rp 80 Juta

PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
Kembali menyelenggarakan:
LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009) Memperebutkan:
LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
Total Hadiah Senilai Rp 80 Juta

�Peserta: Terdiri dari 3 (tiga) kategori : Pelajar SLTP, SLTA dan Mahasiswa/Guru/Umum

Syarat-Syarat Lomba:
1.Lomba terbuka untuk Pelajar SLTP (Kategori A), Pelajar SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia atau yang sedang studi/dinas di luar negeri
2.Lomba dibuka tanggal 10 Mei 2009 dan ditutup tanggal 3 Oktober 2009
3.Tema cerita: Dunia remaja dan segala aspeknya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, harapan, kegagalan, cita-cita, penderitaan, maupun kekecewaan)
4.Judul bebas, tetapi mengacu pada Butir 3
5.Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) judul
6.Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif serta bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasi

7.Ketentuan naskah:
a.Ditulis di atas kertas ukuran kuarto (A-4), ditik berjarak 1,5 spasi, font 12 (huruf Times New Roman), margin kiri kanan rata (justified) maksimal 5Cm
b.Panjang naskah antara 6 � 10 halaman, disertai: sinopsis, biodata dan foto pengarang, foto copy indentitas (pilih salah satu: KTP/Paspor/SIM/Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa) yang masih berlaku
c.Naskah yang dilombakan dicetak/diprint-out masing-masing judul 3 (tiga) rangkap disertai file dalam bentuk CD
d.Naskah yang dilombakan per judul dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis apa saja atau 1 (satu) segel pengaman SELSUN.
e.Naskah yang dilombakan beserta lampirannya (perhatikan ketentuian Butir 7b, 7c dan 7d) dimasukkan ke dalam amplop tertutup/dilem, cantumkan Kategori Peserta pada kanan atas permukaan amplop dan dikirimkan ke Panitia LMCR-2009 LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD � Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau Sentul City, Bogor 16810 � Jawa Barat

8.Hasil lomba diumumkan 31 Oktober 2009 melalui website www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
9.Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
10.Naskah yang dilombakan menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarang

Hasil Lomba
Masing-masing kategori: Pemenang I, II, III, 5 (Lima)
Pemenang Harapan Utama, 10 (Sepuluh) Pemenang
Harapan, dan Pemenang Karya Favorit jumlahnya ditentukan kemudian (jika ada/layak)

Hadiah Untuk Pemenang
Kategori A (Pelajar SLTP)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Untuk 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
�Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori B (Pelajar SLTA)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 5.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat hadiah Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
�Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
�Pemenang I: Uang Tunai Rp 7.500.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III:Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan.

Catatan: �Hadiah untuk Pemenang Karya Favorit (jika ada) memperoleh Piagam LIP ICE-SELSUN
�Semua pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang LMCR-2009
�Pajak hadiah para pemenang ditanggung oleh PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
�Informasi lebih lanjut e-mail ke: lmcr.2009@gmail.com

Ketua Panitia LMCR-2009
Dra. Naning Pranoto, MA

Lebih lanjut, klik Raya Kultura

Senin, 25 Mei 2009

LOMBA FILM PENDEK DAN FOTOGRAFI TENTANG DAN OLEH (SISWA) MADRASAH

Lomba Fotografi

Tema:
Dinamika Madrasah

Ketentuan Lomba:
1. Dibuka untuk umum.
2. Boleh mengirim lebih dari satu foto (setiap foto yang dikirim diberi judul
beserta keterangan singkat tentang obyek foto).
3. Mengirim hasil cetak(hard copy) minimal 3 lembar untuk tiap foto yang
dikirim, dengan ukuran 4R, disertai file soft copy (hasil scan untuk foto yang
berbasis non-digital)
4. Karya sediri dan dikirim paling lambat tanggal 30 Juni 2009 (stempel post).
5. Menyertai nama pengirim, alamat jelas, nomor HP, telp rumah/kantor dan
email.
6. Semua Foto yang dikirim menjadi milik penyelenggara.
7. Sepuluh Finalis akan diundang pada saat pengumuman dan penyerahan
hadiah pada acara Ekspo Madrasah di Kota Malang Jawa Timur, Juli 2009
yang akan datang.
8. Alamat:
Panitia Lomba Foto Madrasah
Subdit Kelembagaan dan Kerjasama
Direktorat Pendidikan Madrasah, Departemen Agama RI
Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Jakarta
Telp: 021 3811642/654 Ext 520, Hunting: 021 3811523
Email: fotofilmmadrasah@yahoo.com

Kriteria Foto:
1. Menginformasikan seputar kegiatan dunia pendidikan madrasah baik intra
maupun ekstra, termasuk stakeholder madrasah secara umum.
2. Memenuhi syarat-syarat teknis forografi yang baik seperti sudut pengembilan
dll.
3. Memiliki fokus cerita, informasi, sudut pengambilan, kesan, pesan dan misi
yang mudah dipahami.
4. Faktual, jujur, memiliki momentum, sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya.


Hadiah
Juara 1 Rp. 10.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 2 Rp. 7.500.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 3 Rp. 5.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara harapan Rp. 3.000.000,00, dan plakat-sertifikat.

Pengumuman dapat juga dilihat di www.depag.go.id

Lomba Film Pendek

Tema:
Kepedulian, Kasih Sayang dan Perjuangan

Ketentuan Umum:
1. Peserta adalah siswa/siswi madrasah.
2. Mengirim hasil karya dalam format dalam 2 (dua) format: hard copy dalam
bentuk miniDV atau DVD, dan soft copy dalam bentuk file .MOV (Quicktime)
atau .AVI. DVD harus dalam format NTSC.
3. Durasi film adalah 11 menit, dapat dibuat dengan selular (handphone) atau
handycame.
4. Jenis film bersifat bebas, dapat berupa dokumenter, fiksi atau non-fiksi, liveaction
maupun animasi.
5. Peserta dapat mengirim lebih dari satu film
6. Setiap film diberi judul dan disertai synopsis (maksimal 1000 karakter)
7. Menyertai nama pengirim, alamat jelas, nomor HP dan telp rumah/kantor.
8. Karya sediri dan dikirm paling lambat tanggal 30 Juni 2009 (stempel post).
9. Semua salinan (copy) film yang dikirim menjadi milik penyelenggara.
10. Sepuluh Finalis akan diundang pada saat pengumuman dan penyerahan
hadiah pada acara Ekspo Madrasah di Kota Malang Jawa Timur, Juli 2009
yang akan datang.
11. Alamat:
Panitia Lomba Film Pendek
Subdit Kelembagaan dan Kerjasama
Direktorat Pendidikan Madrasah, Departemen Agama RI
Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Jakarta
Telp: 021 3811642/654 Ext 520, Hunting: 021 3811523
Email: fotofilmmadrasah@yahoo.com

Kriterian Film Pendek:
1. Mengankat isu seputar dunia pendidikan madrasah (seperti pendidik,
tenaga kepandidikan, siswa, orang tua atau masyarakat sekitar, dll).
2. Tema dan alur film menggugah dan inspiratif.
3. Memiliki fokus cerita, informasi, kesan, pesan dan misi yang mudah dipahami.
4. Tidak melanggar nilai-nilai agama dan budaya bangsa.

Hadiah
Juara 1 Rp. 10.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 2 Rp. 7.500.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara 3 Rp. 5.000.000,00 dan plakat-sertifikat.
Juara harapan Rp. 3.000.000,00, dan plakat-sertifikat.

Pengumuman dapat juga dilihat di www.depag.go.id

Minggu, 26 April 2009

LOMBA RESENSI BUKU PRO-U MEDIA

DEADLINE: TANGGAL 15 AGUSTUS 2009

Pro-U Media mengadakan sayembara resensi buku, lho. Sayembara ini berlaku untuk umum (siapapun boleh ikut).Ketentuan Lomba :

• Resensi yang kamu kirim adalah hasil karyamu sendiri…!! bukan saduran, jiplakan atau plagiat.
• Panjang resensi minimal 2 (dua) halaman A-4, 1,5 spasi, font Arial 12. (jangan ditulis tangan… khawatirnya nggak kebaca he..he..)
• Dikirim melalui pos/paket (tidak menerima pengiriman lewat Fax atau e-mail) apalagi sms… :-p ( ya..iyalah..boros pulsa gitu loh.. )
• Buku-buku yang diresensi adalah sbb : (boleh satu buku, beberapa buku atau semuanya gpp)
(a.) Kategori Fiksi
- “Tembang Ilalang” karya MD. Aminudin
- “Kabar Bunga” karya Marsiraji Thahir
(b.) Kategori Non Fiksi
- “Republik Genthonesia” karya Mbah Dipo
- “ Ada Singa Dalam Dirimu” karya Asa Mulchias
• Bagi yang pernah merensensi buku-buku di atas dan pernah dimuat di media cetak atau internet (blog, website, milis, dll) akan menjadi nilai plus bagi juri (Tentu dengan melampirkan fotokopi resensi di media cetaknya ya atau mengirimkan link-nya untuk internet..) so..buruaaan masukin tulisan ke koran, majalah, blog, website....dll...
• Sayembara ini berakhir pada tanggal 15 Agustus 2009
• Naskah resensi dikirim ke alamat :
PRO-U Media
d.a. Jln. Jogokariyan 35, Yogyakarta 55143, dengan mencantumkan “LOMBA RESENSI” di pojok kiri atas amplop.

• Hadiah bagi pemenang sayembara tiap kategori :
1. Juara 1 : uang tunai senilai Rp 500.000,- dan satu paket buku senilai Rp 700.000,00
2. Juara 2 : uang tunai senilai Rp 400.000,- dan satu paket buku senilai Rp 600.000,00
3. Juara 3 : uang tunai senilai Rp 300.000,- dan satu paket buku senilai Rp 500.000,00

Buku-buku ini juga bisa didapatkan di: TB. Gunung Agung, Gramedia, Toga Mas, Tisera atau di Jakarta 08128024672 / 02168991133, 0213153928, 02193042604, Depok 08129209922, Bandung 08122118475 / 08122221475, Surabaya 0813650643322, Medan 0811647932, Makasar 081355700280, 085299519800, Semarang 081328784604

Atau bisa didapatkan melalui pemesanan ke kantor Pro-U Media, Jl. Jogokariyan 35, Yogyakarta. Telp. 0274-376301

Info lebih lanjut, klik di sini

FESTIVAL NOVEL MENGGUGAH PRO-U MEDIA

Sejak 2003 Pro-U Media memunculkan karya-karya yang berawal dari kehidupan sehari-hari lewat penyajian ringan dan mudah dipahami. Banyak penulis yang bersama Pro-U Media; memberikan inspirasi, semangat, dan gugahan hidup kepada para pembaca dan masyarakat luas. Beberapa kali kami adakan event tingkat nasional, seperti pada tahun 2006 kami adakan lomba kepenulisan tingkat nasional yang diikuti 1500 lebih karya. Pertengahan tahun 2008 kami adakan Festival Film Indie tingkat nasional yang memperebutkan Trophy Menpora, alhamdulillah sukses. Kini, giliran Anda untuk untuk bergabung bersama kami untuk bersama-sama menggugah dan mencerahkan masyarakat agar hidup lebih baik dan berbarokah melalui karya-karya sastra.

1.Tahapan Lomba
- Pengiriman Karya : 1 Maret – 31 Juli 2009
- Proses Penjurian : 1 Agustus – 30 September 2009
- Pengumuman Pemenang : 10 Oktober 2009

2.Hadiah
Trophy Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dan Total Hadiah senilai Rp. 30.000.000,-
Juara I : Trophy Menpora, Uang Tunai Rp. 10.000.000,-, dan paket buku senilai Rp. 3.000.000,-
Juara II : Trophy Menpora, Uang tunai Rp. 6.500.000,-, dan paket buku senilai Rp. 3.000.000,-
Juara III : Trophy Menpora, Uang tunai Rp. 4.500.000,-, dan paket buku senilai Rp. 3.000.000,-
• Hak terbit sebanyak 10.000 eksemplar untuk Juara I-III ada pada Pro-U Media. Untuk cetakan berikutnya (10.000 eksemplar ke atas) akan dihitung dengan system royalti.
• Bagi naskah yang tidak juara tapi memenuhi kriteria terbit, Pro-U Media akan menerbitkannya, dan penulis berhak mendapat honorarium atas penerbitan naskahnya itu.

3.Ketentuan Lomba
- Novel harus karya asli penulis/pengarang; bukan terjemahan atau saduran.
- Novel dengan materi yang menggugah, boleh fiksi atau pengalaman nyata.
- Novel tidak bermuatan pornografi dan SARA.
- Novel belum pernah dipublikasikan di media massa, dan tidak sedang diikutsertakan dalam perlombaan lain.
- Novel diketik dengan komputer dalam kertas A4 spasi 1,5. Panjang 150-400 halaman; Times New Roman 12 point, dan diberi nomor halaman.
- Peserta boleh mengirim lebih dari satu karya.

- Naskah dikirim dalam bentuk print out HARUS disertai sinopsis cerita, biodata penulis dan fotokopi pengenal (KTP/KTM/SIM/Paspor). Naskah dikirim ke Penerbit Pro-U Media, Jalan Jogokariyan no. 35 Yogyakarta 55143. Jangan lupa tuliskan "Festival Novel Menggugah" di pojok kiri atas amplop.

Informasi/pertanyaan bisa ke proumedia@gmail.com atau telepon ke 0274-376301 selama jam kerja (Pukul 09.00-16.00 WIB)



Info lebih lanjut, klik di sini