Selasa, 23 Juni 2009

GOELALI CHILDREN'S FILM FESTIVAL 2009 : SEPI PENGUNJUNG PADAHAL SANGAT MENARIK (3)

Setelah cukup lama mencari-cari, akhirnya saya temukan juga Gedung Instituto Italiano di Cultura. Saya tiba pukul 11.15 pada hari Jumat, 19 Juni 2009 dengan acara pertama (bagi saya) adalah menonton LITTLE BIG SHOTS PACKAGE #3. Saya memberi nilai 4 untuk karya-karya impor ini. Sebab, dari sembilan film pendek, ada enam judul film yang saya sukai. Berikut uraian saya tentang kesembilan film pendek tersebut.


BRUNO

Karya Jurgen Haas dari Jerman dan tanpa dialog. Saya suka film ini karena menunjukkan bahwa perselisihan dapat diselesaikan dengan cara sederhana : bermain bersama. Mengisahkan sekor lalat yang pada awalnya dianggap mengganggu oleh seekor laba-laba. Namun setelah bermain musik bersama, merekapun berteman.


KEMO SABE

Ada isu rasialisme dalam film ini. Karya Rana Kazkaz dari Amerika Serikat ini mengisahkan Yussef—keturunan Arab—yang ingin sekali bergabung menjadi koboi bersama sekelompok anak kulit putih. Meskipun Raul, anak Hispanik, menawarinya bermain menjadi Indian bersama anak-anak non-kulit putih lainnya, Yussef tetap ingin menjadi koboi. Setelah mendapatkan jins dan gesper, Yussef—atas ‘bantuan’ Raul—akhirnya dapat bergabung dengan grup koboi yang selalu memenangi pertempuran. Namun, pada akhirnya, Yussef justru merasa kurang nyaman setelah dapat mewujudkan mimpinya menjadi koboi…. Oke, saya suka film ini. Tidak ada kata lain.


CRACKS

Film karya Micah Baskir dari Amerika Serikat ini membosankan bagi saya. Ceritanya tentang seorang gadis yang berangkat ke sekolah dengan menginjak bagian-bagian jalan yang retak. Kalau seseorang memahami dan percaya takhayul orang bule bahwa menginjak jalan retak dapat membawa sial, maka barangkali, dia dapat menikmati film ini sebagai ‘tantangan’. Namun karena saya tidak percaya takhayul seperti itu, saya jadi tidak bisa menikmati film ini….


THE RED BALLOON

Lagi-lagi dari Amerika Serikat dan lagi-lagi tidak saya sukai. Karya sutradara Michael Olesen yang bagi saya kurang menarik. Ceritanya sih cukup mengharukan. Tentang seorang anak yang membeli balon merah dengan harga diskon. Pada balon tersebut, digantungkan kertas bertuliskan ucapan selamat ulang tahun untuk ibu sang anak. Setelah balon dilepaskan, film pun berakhir. Ah, hanya itu? Tidak ada penjelasan lain?


WHO SAVED THE MOON

Film anak-anak sejati dan tidak bertele-tele, karya Luke Feldman dari Australia. Tentang seorang anak yang berusaha menyelamatkan bulan yang jatuh ke dalam sumur. Intinya, saya suka film ini.


CHINESE WHISPER

Orang Jerman ternyata jago bikin film. Karya Oliver Rauch ini mengisahkan permainan membisikkan kalimat singkat secara berantai yang disebut Chinese Whisper. Ceritanya, Mariam membisikkan “Paul tidak pernah mandi” pada teman di sebelahnya. Sang teman lalu membisikkan kalimat serupa pada teman di sebelahnya. Begitu seterusnya hingga seisi kelas menertawai Paul. Namun pada saat terakhir, seorang teman yang tidak setuju pada ulah Mariam, mengganti dengan kalimat lain dan membisikkannya pada Paul sebagai peserta terakhir. Paul pun tersenyum dan mengucapkan keras-keras kalimat yang ia dengar hingga keadaan berbalik : justru Mariam yang dibuat malu. Film yang lucu, sederhana dan saya sukai. Apa lagi yang harus saya katakan?


CANARY BEAT

Kalau tida punya teman, kita masih bisa bermain sendiri. Begitulah pesan film ini yang dihiasi musik menghentak ini. Karya Jurgen Haas (Jerman) ini mengisahkan seekor burung kenari yang berduet dengan bayangannya sendiri. Saya suka film ini.


A HORSE TALE

Animasi yang kaku dan cerita yang maunya melucu tapi kurang lucu membuat saya bosan dan tidak menyukai film ini. Disutradarai oleh Rick Hazell dari Sekolah Film Vancouver, Kanada. Tentang seekor kuda yang tidak mau bergerak sekalipun seorang penunggang kuda sudah berusaha keras membuatnya agar mau bergerak. Bosan….


MY GREATEST DAY EVER

Film Australia karya Mark Bellamy yang kocak dan tentunya saya sukai. Tentang ayah dan anak yang percaya takhayul dan kehilangan kaus kaki keberuntungannya justru pada saat final turnamen sepak bola yang penting. Scotty, sang anak yang menjadi tidak percaya diri, lalu berusaha agar ia tak perlu main. Namun sialnya, ia malah ditunjuk menjadi kipper, posisi yang belum pernah ia pegang sebelumnya. Keadaan menjadi genting. Saat ayah Scotty berhasil menemukan kaus kaki keberuntungan Scotty, kaus kaki itu ternyata tak mampu membalikkan situasi….


SCRIPTWRITING WORKSHOP

Begitu film—yang dirangkai dengan Little Big Shots Package #4—usai, dengan perut agak keroncongan, saya naik ke lantai dua untuk mengikuti Scriptwriting Workshop dengan Serunya Scriptwriting yang dimulai pada pukul 13.00. Barangkali karena lapar, saya jadi kurang konsentrasi. Namun, saya paksakan diri mengikuti pelatihan gratis ini.


Oleh seorang pengajar yang saya lupa namanya (maafkan saya, sensei ^_^), kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan mulai merancang sebuah sinopsis sebuah skenario film anak-anak. Sesuai dengan tema The Magic of Film, kami pun diminta menulis sinopsis film fantasi anak berdasarkan setting dan karakter utama yang telah kami tentukan.


Setelah jadi, sinopsis tersebut dinilai dan ternyata… kelompok kami dinyatakan sebagai kelompok dengan sinopsis terbaik! Kamipun diberi hadiah berupa masing-masing sebuah wafer buatan Malaysia yang entah bagaimana rasanya. Wafer itu tidak pernah saya makan, tapi saya berikan pada tante saya setibanya saya di rumah.


Seperti apa sinopsisnya? Hehehe, saya agak malu menceritakannya di sini. Namanya juga film fantasi, jadi pastilah serba ajaib. Dan itulah yang membuat saya tidak percaya diri menguraikannya di sini. Hahaha!

Tidak ada komentar: